REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Suriah yang membelot, Riad Hijab, menyatakan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad hampir runtuh. Ia mendesak pemimpin-pemimpin militer dan politik untuk meningkatkan skala dan bergabung bersama ke sisi oposisi.
"Rezim berada di jurang kehancuran secara moral dan ekonomi," ujar Hijab dalam konferensi pers di Ibu Kota Yordania, Amman, Selasa (14/8). Itu adalah komentar publik pertamanya sejak meninggalkan tugas dan jabatannya pekan lalu.
Hijab, yang terbang ke Yordania berama keluarganya, sejauh ini ialah figur politik dengan jabatan tertinggi yang membelot dari rezim Assad. Ia berkata kini mendukung pemberontak, namun ia tak memberi petunjuk detil mengenai rencananya.
"Saya mendesak militer untuk mencontoh tentara Mesir dan Tunisia dan berpihak pada rakyat," ujarnya.
Mantan pejabat Suriah itu merasakan 'sakit di jiwanya' terhadap aksi bombardir pemerintah dan serangan lainnya terhadap pertahanan pemberontak. Pemerintah kian serius melakukan serangan militer kepada rakyatnya sendiri.
Sekitar 20 ribu orang terbunuh dalam kerusuhan revolusi sejak Maret 2011, menurut Pengamat HAM Suriah berbasis di London.
"Saya tak memiliki kekuatan di dalam untuk menghentikan ketidakadilan," ujar Riad Hijab di depan bendera pemberontak. "Suriah saat ini penuh dengan pemimpin militer dan pejabat terhormat yang menunggu kesempatan untuk bergabung dengan revolusi."