REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Bentrokan antara kelompok pro dan anti-Suriah di Libanon terus berlanjut, dan menyebabkan sedikitnya 12 orang tewas dan ratusan warga lain terluka. Dominasi Suriah selama tiga dekade di Libanon menciptakan dua kubu, pro dan anti-pemerintah Suriah di sana.
Bentrokan antar warga tersebut digambarkan sebagai konflik terbesar sejak perang sipil di Libanon.
Bentrokan terjadi di sepanjang garis patahan sektarian antara Sunni di distrik Bab al-Tabbaneh dan Alawit di daerah Jebel Mohsen. Selama tiga dekade, Libanon kerap hidup di bawah dominasi Suriah. Ini membuat di negara tersebut terdapat dua kubu, pro dan anti-Suriah.
Menurut laporan reporter Aljazeera, setelah terus berlanjutnya bentrokan, walikota Tripoli langsung mengadakan pertemuan darurat. Pertemuan dilakukan untuk mencari cara mengakhiri pertempuran. Namun hingga saat ini, belum ada solusi yang tercapai untuk mengakhiri konflik tersebut.
Bentrokan terakhir yang terjadi mengguncang situasi keamanan di Libanon. Jumlah korban tewas terus meningkat, termasuk seorang anak berusia 13 tahun. Sementara korban luka juga terus berjatuhan termasuk, enam bocah yang lumpuh akibat luka tembak.
Bentrokan kedua kubu ini kali pertama terjadi pada Senin (20/8) lalu di Tripoli. Dimana wilayah tersebut merupakan rumah bagi komunitas Sunni yang menentang Presiden Bashar al-Assad.