REPUBLIKA.CO.ID, World Tobacco Asia, ajang pertemuan dan pameran buat industri serta perokok, akan diadakan untuk kali kedua di Indonesia. Penyelenggaraan itu adalah untuk kedua kalinya secara berturut-turut sejak tahun lalu, yang juga digelar di Indonesia.
Dalam situs resminya World Tobacco Asia menyatakan alasan kembali penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah karena Indonesia dikenal sebagai pasar yang ramah rokok karena tiadanya kebijakan pengendalian total atau regulasi lain seperti di negara ASEAN lain.
Indonesia juga dikatakan merupakan pasar rokok yang sedang berkembang paling pesat dengan 30 persen dari 248 juta penduduk tercatat sebagai perokok.
Ternyata, acara tersebut mendapatkan reaksi keras dari berbagai kalangan. Sebut saja penolakan yang datang dari Koalisi Profesi Kesehatan Anti Rokok, Kaukus Kesehatan DPR, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau serta aliansi Masyarakat Anti Tembakau Asia.
Pengurus Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, yang merupakan mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia, Kartono Mohamad, mendesak agar pemerintah menolak rencana penyelenggaraan World Tobacco Asia yang disebut sebagai pelecehan karena bisa digelar dua kali berturut.
Senada dengan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, aliansi Masyarakat Anti Tembakau Asia yang juga aktvis perlindungan anak, Hery Hariyansyah menjelaskan pemberian izin buat Wold Tobacco Asia menunjukkan tidak konsistennya Pemerintah menjalankan Undang Undang yang menyatakan rokok digolongkan dalam zat adiiktif.
Hingga kini belum memang belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah terhadap desakan penolakan penyelengaraan ajang ini di Indonesia.
Kartono Mohamad dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau mengungkapkan sudah menyampaikan penolakan itu kepada Menteri Kesehatan yang baru, Nafsiah Mboi dalam sebuah forum awal bulan ini.
Kartono mengatakan telah mendapat tanggapan baik atas penolakan dari Kementerian Kesehatan yang berjanji hendak berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan yang juga membawahkan dan terkait dengan rencana World Tobacco Asia.