REPUBLIKA.CO.ID, GAZA---Iran telah mengundang pemimpin Kelompok Hamas untuk menghadiri pertemuan puncak 120 negara berkembang, kata para pejabat Jumat, satu langkah yang bisa menantang kemarahan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan kekuatan Barat yang menganggap Hamas kelompok teroris.
Iran berharap untuk mendapatkan pujian diplomatik dengan menjadi tuan rumah pertemuan puncak Gerakan Non-Blok dari 29-31 Agustus, pada saat Barat berusaha untuk melumpuhkan ekonomi dan mengisolasi diplomasinya berkaitan program nuklirnya yang dipersengketakan.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah mengatakan ia akan hadir pada KTT GNB itu, mengabaikan seruan Amerika Serikat dan Israel untuk memboikot acara tersebut.
Undangan untuk Ismail Haniyeh, yang memimpin pemerintahan Hamas di Jalur Gaza, menyoroti celah dalam Wilayah Palestina dan akan memperumit masalah bagi Abbas, yang pemerintahannya didukung Barat yang melihat dirinya sebagai satu-satunya wakil rakyat Palestina.
Abbas juga diundang ke acara puncak itu dan mengatakan ia akan hadir. Pasukannya kehilangan kendali atas Gaza dalam perang singkat oada 2007 dengan Hamas dan sejak itu ia hanya memerintah Tepi Barat yang diduduki. Haniyeh belum mengatakan apakah dia akan hadir dalam KTT GNB tersebut.
Iran memiliki hubungan yang tegang dengan Otoritas Palestina di bawah Abbas, sebagian karena pembicaraan perdamaian dengan Israel-Palestina.
Pemerintah Palestina bahkan telah menuduh Iran merencanakan menentangnya dan intervensi dalam urusan internalnya dengan menghasut faksi seperti Hamas untuk melakukan serangan militer terhadap Israel dalam upaya untuk menyabotase proses perdamaian.
Hamas, sebaliknya, yang bersumpah untuk menghancurkan Israel, memiliki satu sikap yang lebih selaras dengan pandangan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, yang pekan lalu mengatakan tidak ada tempat bagi Israel di Timur Tengah.