Sabtu 25 Aug 2012 15:42 WIB

Jenazah Wartawan Perang Jepang Diterbangkan ke Tokyo

  Jenazah jurnalis Jepang yang tewas di Suriah, Mika Yamamoto tiba di Bandara Narita, Tokyo, Sabtu (25/8).
Foto: Itsuo Inouye/AP
Jenazah jurnalis Jepang yang tewas di Suriah, Mika Yamamoto tiba di Bandara Narita, Tokyo, Sabtu (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jenazah wartawan perang kawakan Jepang, yang tewas ketika meliput gerakan penentang pemerintah di kota kedua Suriah, Aleppo, diterbangkan ke Jepang pada Sabtu.

Mika Yamamoto, yang diduga diserang tentara pemerintah pada Senin di Aleppo, menanggung beban konflik sejak pertempuran meletus di sana pada bulan lalu, kata sahabat lamanya, Kazutaka Sato.

"Saya minta maaf untuk mengatakan bahwa saya tidak dapat menemukan kata-kata tentang fakta bahwa saya mendapati dia datang kembali dengan cara ini," kata Sato emosional dalam satu konferensi pers di Bandara Narita Tokyo.

"Saya pikir dia telah benar-benar bekerja keras. Anda telah benar-benar bekerja keras. Itulah mengapa saya ingin mengatakan padanya sekarang," tambah Sato, rekannya sejak kecil tetapi dihormati oleh pers Jepang.

Yamamoto (45 tahun) adalah wartawan asing keempat yang telah tewas di Suriah sejak Maret 2011, dan yang pertama telah meninggal di Aleppo.

Dia telah meliput beberapa konflik bersenjata, termasuk di Afghanistan dan Irak dengan Sato.

Yamamoto adalah wajah yang dikenal di televisi Jepang, yang menjadi terkenal dia setelah selamat dari penembakan sebuah tank AS di Hotel Palestine di Baghdad pada tahun 2003, ketika dua wartawan, satu dari Reuters dan satu dari penyiar Spanyol, tewas.

Jenazahnya diterbangkan dari Istanbul dalam pesawat Turkish Airlines, didampingi Sato dan dua saudara Yamamoto.

Sekitar 12 dari awak pesawat dan pekerja bandara melantunkan doa dalam diam setelah peti yang membawa tubuhnya diturunkan ke aspal.

Jenazahnya akan dibawa ke rumahnya di Tokyo dan diotopsi oleh polisi untuk menentukan apakah dia sengaja ditargetkan, kata laporan media.

"Saya ingin mendapatkan kebenaran mengenai bagaimana dia meninggal," kata Sato. "Dia lembut dan memiliki rasa keadilan. Dia lurus tetapi berdarah panas."

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement