Sabtu 08 Sep 2012 16:34 WIB

Terorisme Lahir karena Kecewa dengan Sistem Sosial

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Demonstrasi menolak paham liberal dan aliran sesat di Jakarta beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Demonstrasi menolak paham liberal dan aliran sesat di Jakarta beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Gerakan Islam Indonesia, Edy Sudrajat mengatakan aksi teror yang baru-baru ini terjadi di Solo merupakan pengulangan pola lama. Seharusnya penyerangan bisa diprediksi dan mampu dicegah.

Namun, nyatanya aksi teror bisa dilakukan dengan leluasa karena aparat intelijen belum maksimal bekerja. Ia mengutip buku Islam Ekstrem karangan ulama Mesir, Yusuf Qordowi yang menyebut munculnya pelaku teror akibat kekecewaan anak muda terhadap sistem sosial, politik dan birokrasi.

Ditambah tidak adanya panutan dari politikus dan pemuka agama. Sebab para politikus tersebut justru dipenjara karena melakukan kejahatan. Edy juga menyoroti labelisasi teroris yang dilakukan media massa. Labelisasi ini berdampak besar mengubah cara pandang masyarakat. Penghapusan labelisasi tersebut, katanya, perlu usaha dari berbagai pihak, terutama dari media massa.

Senada dengan Edy, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Saleh P Daulay mengatakan jangan sampai labelisasi yang ditujukan pada santri Pondok Pesantren Ngruki, justru membuat mereka sakit hati dan merasa sebagai yang terpinggirkan di Indonesia. Kemudian akan mendorong mereka membuktikan benar mereka trouble maker dan melakukan berbagai aksi terorisme.

Masih mengenai labelisasi, menurutnya selama ini banyak kosakata yang digunakan pihak berwenang yang menyinggung kalangan Islam. Misalnya, dengan membawa nama Islam dan kelompok radikal.

"Kita harus memanusiakan mereka. Jangan sampai ada yang merasa terpinggirkan di Indonesia. Istilahnya memanusiakan manusia," ujarnya kepada ROL, Sabtu (8/9).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement