REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Juru Bicara Angkatan Bersenjata Tentara Revolusi (FARC), Marco Leon Calarca, menjamin keterlibatan FARC dalam proses negosiasi damai pemerintah, di Oslo mendatang. Kata dia, bukan hanya FARC yang nantinya akan terlibat dalam negosiasi damai tersebut.
Calarca saat Jumat (7/9) kemarin, juga mengundang kelompok tentara garis kanan (ELN) agar secara bersama terlibat dalam tawaran pemerintah kali ini. Dia juga sempat meminta agar pemerintah menarik satuan militernya dari beberapa wilayah konflik. Menurut dia, permintaan itu diperlukan sebagai bukti keseriusan negosiasi damai kali ini.
Dia menjelaskan pemerintah dan FARC perlu melakukan gencatan senjata, untuk menghentikan kerusakan yang lebih dalam akibat peperangan. ''Jika kita bersedia untuk berdamai, jangan saling menyakiti lagi. Jangan melukai orang kami lagi,'' kata Calarca, seperti dilansir The Associated Press.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos menolak untuk melakukan genjatan senjata dengan kelompok FARC. Akan tetapi dia mengatakan, tetap menawarkan rencana perbincangan damai sesuai yang direncanakan semula. ''Jika ada niat yang baik, kami (Pemerintah dan FARC) akan mencapai kesepakatan (damai) lebih cepat dari yang diharapkan,'' kata Presiden Juan, seperti dikutip stasiun berita Qatar, Aljazeera, Sabtu (8/9).
Menurut Juan, pemerintah telah menawarkan sejak awal proses damai kali ini. Konflik bersenjata yang merugikan masyarakat menjadi alasan utama bagi pemerintah. Kata dia poin penting yang menjadi tanggung jawab para pihak adalah upaya mengakhiri konflik setengah abad, yang akan dirundingkan mulai Oktober mendatang.
''(Yang) mendasar diatas meja, harus ada kesepakatan untuk penyelesaian. Ini Tidak terlalu sulit,'' kata dia. Presiden sejak 2010 itu menjamin keselamatan bagi anggota FARC yang akan berhenti melakukan perlawanan pascaperundingan. Hanya saja dia menegaskan tetap akan melangsungkan proses hukum bagi anggota kelompok 1964 ini.