REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Maraknya simbol agama saat ini ternyata berdampak pada munculnya konflik antaragama. Pasalnya, mobilitas sosial baik politik, ekonomi maupun kehidupan bermasyarakat lain saat ini banyak memperjual belikan simbol agama.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Abu Habsin. Ia mengaku prihatin atas kondisi masyarakat saat ini. Menurutnya, masyarakat seringkali melegitimasi profesi pada agama. Dari situlah, kata Abu, konflik antar agama muncul.
"Profesi dilegitimasi untuk agama. Pedagang gunakan agama untuk mencari laba. Politik gunakan agama untuk meraup masa. Ini menjadi bias agama. Sehingga muncullah konflik," ujarnya dalam diskusi Prime Topic Sindo Radio di Hotel Quest Semarang, Senin (10/9).
Menurut Abu saat ini simbol agama banyak ditemui di masyarakat. Hal tersebut yang sebarusnya baik, namun justru bagi masyarakat Indonesia dapat memunculkan konflik. Pasalnya, simbol tersebut tidak dibarengi pemahaman esensi agama.
"Sekarang coba dimana kantor yang tidak punya mushala? Gak ada, sekarang ada dimana-mana, tidak seperti dulu. Tapi kehidupan semarak simbol-simbol ini tidak dibarengi dengan pemahaman esensi dan substansi agama," ujarnya.