REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan Amerika Serikat menghadapi kekalahan telak di Afghanistan dan warga negara adidaya itu tidak aman di mana pun mereka pergi di dunia, kata Taliban menjelang peringatan serangan 11 September 2001. Pada Selasa 11 tahun lalu, hampir 3.000 orang kehilangan nyawa dalam serangan terburuk di AS.
Saat itu, warga AS menyaksikan dua pesawat penumpang dibajak Al Qaidah menghantam gedung World Trade Center di New York dan satu lagi ke Pentagon. Pesawat keempat jatuh di lapangan Pennsylvania. Yang terjadi selanjutnya adalah perang di Afghanistan, yang dilancarkan terhadap sekutu Taliban dengan Al Qaidah.
"Peringatan 11 September mendekati AS pada tahun ini pada saat ia menghadapi kekalahan telak secara militer, politik, ekonomi, dan dalam semua unsur di Afghanistan serta kehabisan cara untuk memperpanjang perang tidak sahnya," kata pernyataan Taliban Afghanistan seperti dikutip SITE Intelligence Group, yang bermarkas di Amerika Serikat, Senin.
Pernyataan itu, yang ditulis Taliban dalam bahasa Inggris dan disiarkan pada Ahad lalu. Pernyataan itu selanjutnya mengatakan bahwa perang di Afghanistan dengan dalih pembalasan atas peristiwa September tidak memiliki dasar hukum. Disebutkan bahwa warga Afghanistan tidak terlibat dalam kejadian tersebut.
Taliban juga menyatakan diri bukan ancaman, tapi bersumpah membela tanah airnya dan melanjutkan perjuangan sucinya melawan penjajah. Perang di Afghanistan kian kehilangan dukungan rakyat di Amerika Serikat. Sebagian besar warga AS menentang kehadiran tentaranya di Afghanistan dan mendukung rencana NATO menarik pasukan tempur pada akhir 2014.