REPUBLIKA.CO.ID, Pada Senin lalu, Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda bertemu Menteri Pertahanan AS Leon Panetta. Dalam pertemuan itu, Panetta mengatakan AS akan bersiaga dengan kewajiban perjanjian keamanannya dengan Jepang atas pulau-pulau sengketa.
Namun ia menegaskan, pihaknya tidak akan berpihak pada siapapun dalam perselisihan tersebut, dan meminta kedua belah pihak untuk menahan diri. "Ini adalah kepentingan semua orang.. bagi Jepang dan Cina untuk menjaga hubungan baik dan menemukan cara untuk menghindari eskalasi lebih lanjut," katanya di Tokyo.
Sengketa atas sekelompok pulau di Laut Cina Timur menjadi semakin intensif pekan lalu ketika Cina menanggapi langkah Jepang dengan mengirimkan enam kapal patroli ke wilayah sengketa tersebut. Pulau yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diayou di Cina itu diyakini menyimpan cadangan gas dalam jumlah besar.
Edisi luar negeri surat kabar utama Partai Komunis Cina, People's Daily, menegaskan kemampuan Beijing untuk membalas Jepang jika sengketa tersebut memburuk. "Dalam perjuangan yang menyangkut kedaulatan teritorial, jika Jepang melanjutkan provokasinya, maka Cina akan melakukan pertempuran," kata surat kabar itu.
Usai pertemuannya dengan Panetta, Menteri Luar Negeri Jepang Koichiro Gemba mengatakan, Tokyo dan Washington telah bersepakat bahwa pulau-pulau sengketa tersebut dilindungi perjanjian keamanan Jepang-AS. ".. (perjanjian keamanan) ini saling dipahami antara Jepang dan AS," katanya.
Polisi Qingdao mengumumkan di internet pada Senin (17/9) pihaknyatelah menangkap dan menahan 11 orang yang diduga mengganggu ketertiban sosialselama protes berlangsung. Mereka dikatakan telah menhancurkan sebuah mobilmerek Jepang, jendela-jendela toko, dan juga papan-papan reklame Jepang padaAhad (16/9) kemarin.
Di Shanghai, rumah bagipopulasi ekspatriat Jepang terbesar di Cina, seorang ekspatriat mengatakankeluarganya serta pelanggan Jepang lainnya telah diusir dari sebuah restoranJepang pada Ahad kemarin oleh pengunjuk rasa di dekat konsulat Jepang.