Senin 24 Sep 2012 17:50 WIB

Mursi: Mesir Emoh Ikuti Aturan AS

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Mohammed Mursi, presiden baru Mesir
Foto: topnews.in
Mohammed Mursi, presiden baru Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Mesir, Mohammed Mursi, mengungkapkan Mesir yang dipimpinnya sekarang ingin lebih independen dari Amerika Serikat (AS). Ia menegaskan Mesir saat ini berbeda dari negara yang dipimpin Husni Mubarak sehingga ia meminta Washington tidak berharap Mesir akan mengikuti aturan AS.

Mursi mengungkapkan hal itu dalam wawancaranya dengan New York Times. Dalam wawancara tersebut, Morsi mengkritik hubungan AS dengan dunia Arab selama ini. 

Menurut dia, saat ini AS dengan standar budayanya sendiri tidak berhak menghakimi perilaku dan proses pengambilan keputusan di Mesir. Selain itu Mursi juga mengkritik kebijakan AS di masa lalu yang mendukung para diktator sehingga menyebabkan wilayah Timur Tengah 'sakit'. 

Ia juga mengecam pendekatan bias saat menengahi konflik antara Palestina dengan Israel."Pemerintahan Amerika yang sukses pada dasarnya dibeli oleh para pembayar pajak Amerika yang tidak suka, jika bukan benci, terhadap orang-orang di wilayah (Timur Tengah)," kata Mursi dalam wawancara yang diterbitkan Sabtu (22/9) waktu setempat. 

"Pemerintahan tersebut mengambil pendekatan yang sangat bias terkait sesuatu yang memiliki emosi sangat tinggi terhadap orang-orang di wilayah (Timur Tengah) yaitu isu Palestina," tambahnya.

Mursi menekankan dirinya tidak akan seperti pendahulunya, yakni Mubarak. "Saya akan berperilaku sesuai dengan pilihan dan keinginan rakyat Mesir, tidak lain," katanya.

Mursi, yang dilantik pada 30 Juni lalu usai pemilu  demokratis pertama sepanjang sejarah Mesir, pernah mengungkapkan tidak akan meninggalkan total kebijakan luar negeri Mubarak, terutama terkait aliansi jangka panjang dengan AS. 

Akan tetapi Mursi diprediksi tidak akan mematuhi kebijakan AS di Timur Tengah seperti yang dilakukan Mubarak. Hal tersebut dikarenakan ia berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang selama ini selalu mengkritik kebijakan AS di Timur Tengah.

sumber : New York Times
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement