REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menjadi tantangan bagi Muslim AS dalam mendidik anak-anak mereka ditengah lingkungan yang kental akan budaya barat. Mereka dituntut untuk tetap menjaga identitas Muslim dalam diri anak-anaknya.
Farhat Husain, salah satu orang tua, mengaku masyarakat AS sangat menghargai perbedaan. Karenanya, anak-anak perlu mendapat dorongan guna memberi perhatian pada nilai-nilai agama.
"Di sini, sangat Amerika," kata dia seperti dikutip washingtonpost.com, Rabu (26/9).
Husain yang merupakan imigran asal Pakistan itu mengungkap sejak awal dirinya memberikan pendidikan Islam kepada anak-anak. Ia juga memberikan pemahaman tentang budaya barat sebagai pelengkap.
"Anakku yang bungsu, Saadia, sedari kecil telah membaca buku tentang Islam. Sidrah, anak pertama, juga demikian," kata dia.
Sidrah (19 tahun), mahasiswa Wellesley College, mengaku pendidikan itu sangat berarti baginya. Ia bahkan merasa sangat terbantu ketika bergaul dengan teman sebayanya.
Relawan American Community Center, Othman Mohammad, menilai jangan sampai pendidikan itu membuat anak-anak merasa terpinggirkan. "Ini yang dikhawatirkan. Ketika anak-anak dari keluarga Muslim melihat anak-anak AS, mereka seolah berbeda," kata dia.
Karena itu, pendidikan anak sebaiknya mengedepankan pemahaman bagaimana seorang Muslim hidup di lingkungan berbudaya barat. Jadi, keluarga bukan berarti mengisolasi anak.
Suzi Ismail, pengembang kurikulum Center for Muslim Life, mengatakan aneh jika orang tua mengisolasi anak hanya karena khawatir akan menghilangkan identitas anak sebagai Muslim. Alangkah bijak bila orang tua membekali dan mendidik anak sehingga mereka siap menghadapi lingkungannya.
"Jangan buat mereka berhenti bergaul," kata dia.