REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Saat ini jumlah penderita penyakit katarak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kurang lebih sebanyak 3.600 orang.
Namun, untuk mengurangi jumlah penderita mengalami sejumlah kendala di antaranya, kemiskinan dan keterbatasan peralatan untuk operasi.
Demikian dikatakan Ketua Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) DIY, Suharjo, saat menerima bantuan satu unit operating mikroskop dan satu unit specular mikroskop dari PT Sidomuncul di Yogyakarta, Sabtu (29/9).
Bantuan peralatan operasi katarak senilai Rp 450 juta ini diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi Perdami DIY.
Dijelaskan Suharjo, saat ini di Rumah Sakit Sardjito hanya memiliki delapan unit alat untuk operasi katarak, namun dua di antaranya kondisinya sudah tidak bagus.
Keterbatasan peralatan operasi yang harganya minimal Rp 80 juta ini membuat operasi katarak di DIY menjadi terhambat. “Bantuan ini sangat bermanfaat dan bisa mempercepat pelayanan. Sebab untuk operasi satu mata membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit atau setengah jam,” kata Suharjo.
Sedangkan kemiskinan, lanjut Suharjo, juga menghambat pemberantasan penyakit katarak. Sebab untuk operasi satu mata minimal membutuhkan beaya sebesar Rp 3,5 juta.
“Bagi mereka yang memiliki kartu Jamkesmas, Jamkesda, tidak masalah. Orang-orang miskin tidak akan mampu membeayai operasi katarak di rumah sakit negeri, apalagi di swasta. Mereka yang tidak memiliki kartu menjadi tanggung jawab siapa? Karena itu, pihak swasta seperti PT Sidomuncul ini sangat membantu masyarakat dalam mengurangi jumlah penderita katarak,” tandasnya.