REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Katenaran ahli atau tukang gigi memang sempat menutupi profesi tekniker gigi selama beberapa dekade. Tetapi lima tahun belakangan, banyak daerah yang berencana membuka akademi keteknisian gigi sejak pemerintah menertibkan profesi tukang gigi. Masyarakat pun dituntut merawat kesehatan gigi dan mulutnya di tangan yang tepat.
Ketua Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Jakarta II, Rahmaniwati, mengabarkan bahwa sejumlah daerah ingin segera memiliki kampus keteknisiaan gigi. "Jurusan teknik gigi kami yang tertua dibawah Kementerian Kesehatan sejak 1963. Saat ini baru sekitar 10 lembaga pendidikan yang memiliki jurusan teknik gigi," tutur Rahma, beberapa waktu lalu.
Di era 1960-an, Rahma menceritakan, pemerintah kesulitan mendapatkan pasokan dokter gigi baru, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia. Maklum, pendidikan dokter gigi yang mahal ditambah kampus kedokteran gigi saat itu pun cukup langka. Karena itu, banyak tukang gigi yang diberikan izin praktik khusus menangani pembuatan gigi palsu.
Seiring waktu, keberadaan tukang gigi terus menjamur tanpa pengawasan. Di saat yang bersamaan, lembaga pendidikan keteknisian gigi tidak berkembang secepat pertumbuhan pendidikan lainnya seperti sekolah kedokteran, maupun manajemen dan akuntansi.
Tetapi, banyaknya pasien tukang gigi palsu yang mengeluhkan penyakit baru sejak memakai gigi tiruan mereka akhirnya menarik perhatian pemerintah. Momen ini pun dianggap waktu yang tepat untuk kembali memperkenalkan ahli gigi palsu yang sebenarnya: tekniker gigi.
"Sekarang peminat keteknisian gigi kita meningkat. Kami sedang naik daun," kata Rahma. Dengan biaya pendidikan yang terjangkau, Rp 1,5 juta per semester, jumlah mahasiswa teknisi gigi Poltekkes Jakarta II saat ini mencapai 211 orang.
Diyakinkan Rahma, hampir semua lulusannya telah memiliki pekerjaan. Dengan keahlian membuat gigi tiruan, tekniker gigi dapat menjadi penanggung jawab laboratorium dokter gigi. Ini karena dokter gigi tidak diperbolehkan membuat gigi tiruan sesuai standar profesi kedokteran.
Tekniker gigi juga bisa berdiri sendiri dengan membuka lab sederhana di rumah dan mengerjakan pesanan gigi tiruan dari dokter gigi yang bermitra dengannya. Karena itu, Rahma yakin, masa depan tekniker gigi di Indonesia sangat cerah. Secara, kelengkapan gigi menjadi sumber kepercayaan diri seseorang, kan? Ompong, no way.