REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) menyatakan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI-AD Jenderal Pramono Edhie merupakan 'kuda hitam' untuk menjadi calon presiden (capres) pada Pemilu 2014.
"Kedua nama itu merupakan figur terpercaya di lingkungan TNI mengingat jejak rekamnya yang memiliki integritas tinggi terhadap nasionalisme keindonesiaan sehingga mampu berpihak pada persoalan kebangsaan dan nasib rakyat," kata Ketua Dewan Direktur SMC Syahganda Nainggolan di Jakarta, Kamis (4/10).
Model kepemimpinan mereka selama ini juga dapat menjamin kenyamanan nasional demi menciptakan kemajuan bangsa secara bermartabat ke depan khususnya di bidang kesejahteraan ekonomi dan tidak tunduk pada pengaruh asing ataupun kapitalisme global.
"Karenanya, dua figur itu pantas dipersiapkan sebagai calon presiden yang akan datang," kata mantan Direktur Eksekutif Cides (Center for Information and Development Studies) itu.
Terkait komitmen pada pengembangan demokrasi di tanah air, Syahganda menilai kelembagaan ataupun figur-figur utama TNI, sejauh ini cukup terlatih untuk tidak mengganggu jalannya demokrasi.
Ia tidak menampik dalam ukuran popularitas di tengah masyarakat hingga saat ini, nama mantan Panglima Kostrad Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra terbilang tinggi sebagai capres yang difavoritkan banyak kalangan untuk menghadapi Pilpres 2014.
Namun, katanya, ada faktor yang bisa menjadi ganjalan guna memuluskan langkah pencapresannya meskipun Prabowo pernah menjadi calon Wakil Presiden pada Pilpres 2009 berpasangan dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Selain itu Partai Gerindra harus berjuang ekstra keras untuk berkoalisi dengan melibatkan partai-partai lain agar syarat ambang batas pengajuan capres atau 'presidential threshold' tercukupi," ujar Syahganda.
Pencapresan Prabowo, katanya, boleh jadi cukup dilematis, setidaknya telah menjadi fokus sejumlah pihak untuk memangkas peluang Prabowo menuju Pilpres dengan mencari unsur TNI yang tergolong andal.
Ia mencontohkan, tidak diundangnya Prabowo pada pertemuan purnawirawan TNI angkatan 1970 serta sejumlah angkatan lainnya di Jakarta pada Selasa (2/10) memberi gambaran adanya pengucilan politik untuk Prabowo dalam mendapatkan dukungan dari TNI padahal acara itu dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sekaligus memberi wejangan politik bagi para purnawirawan TNI.
Sedangkan Endriartono dan Pramono Edhie lebih mudah diterima oleh semua lapisan purnawirawan dan internal TNI serta dimungkinkan sebagai sosok ideal pelanjut kepemimpinan Presiden SBY yang juga berasal dari tentara.
"Dengan begitu, momentum keduanya dipastikan akan dimuluskan dalam mengupayakan dukungan penuh dari kekuatan parpol, melalui lobi-lobi yang intensif untuk pencapresan," katanya.