REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak menghadiri peringatan 10 tahun bom Bali I di GWK, Bali pada Jumat (12/10). Namun, ditegaskan oleh juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha ketidakhadiran tersebut tidak mengurangi rasa prihatin presiden terhadap peristiwa tersebut.
Pemerintah mengutus Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa. “Pak Menlu yang hadir dan bukan berarti mengurangi rasa prihatin dari seluruh rakyat Indonesia termasuk presiden atas peringatan hari ini,” katanya saat ditemui di Bina Graha, Jumat (12/10).
Ia menjelaskan presiden tidak wajib untuk datang dalam peringatan tersebut, meskipun PM Australia Julia Gillard datang. Kunjungan pimpinan Australia itu, lanjutnya, tidak dalam kapasitas sebagai kunjungan kenegaraan.
“Karena itu sifatnya peringatan tentu bapak presiden tidak wajib atau harus datang. Dengan penugasan Menlu kami anggap telah mewakili pemerintah untuk bisa mendampingi PM Australia pada saat memperingati 10 tahun bom bali,’ katanya.
Ia mengatakan tidak datangnya presiden memang telah dikomunikasikan juah-jauh hari. Belum lagi agenda presiden yang cukup padat sehingga mengharuskan presiden mengutus Menlu.
Peringatan 10 tahun Tragedi Bom Bali I digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jimbaran, Bali, Jumat (12/10) sekitar pukul 08.30 WITA. Hadir dalam peringatan ini, ratusan orang termasuk perwakilan 22 negara.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan atas nama bangsa Indonesia menyampaikan rasa penghormatan yang dalam kepada para korban bom Bali, termasuk mereka yang selamat. Menlu Marty mengatakan para pelaku teror telah gagal dan tidak memperoleh hasil apapun kecuali makin menambah komitemen bersama untuk melawan setiap bentuk kekerasan dan terorisme.
Setelah pidato negawaran, peringatan juga diwarnai dengan tabur bunga. 22 Orang korban dan keluarga korban yang mewakili dari 22 negara menyalakan lilin sebagai tanda mengenang 202 korban bom yang tewas.