REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menegaskan pengelolaan Blok Mahakam tak bisa dilakukan sendirian oleh Pertamina.
"Siapapun operatornya pasti membutuhkan partner," tegas Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Gde Pradnyana, Selasa (16/10).
Pasalnya, ketika sebuah perusahaan menjadi operator blok ini, bukan hanya produksi gas yang harus dioptimalkan. Tapi juga eksplorasi cadangan baru yang membutuhkan teknologi dan kerja sama dengan sejumlah pihak.
Apalagi, kata dia, ekspektasi dan beban Pertamina kini juga cukup besar. Pertamina harus menggarap sejumlah blok migas yang sudah diambil alih seperti Offshore Nort West Java (ONWJ) dari BP di Jawa Barat, West Madura Offshore di Jawa Timur, dan Eat Natuna di Kepulauan Riau.
"Semua itu tentu membutuhkan perhatian serius Pertamina, baik dari segi finansial yang jumlahnya sangat besar bisa ratusan triliun, lalu teknologi maupun manajemen yang handal," jelasnya. Karena itu, kata dia Blok Mahakam tak bisa jatuh ke satu pihak saja.
"Total akan butuh Pertamina, demikian pula Pertamina juga akan butuh Total," ujarnya lagi. Ia menuturkan keduanya bisa melakukan strategic partnership untuk bisa menggarap berbagai lapangan secara optimal, baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.