REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Badan intelijen Amerika Serikat tidak menemukan bukti bahwa serangan mematikan bulan lalu di konsulat AS di Benghazi, Libya, diperintahkan oleh Alqaidah. laporan The Los Angeles Times, Jumat (19/10) malam.
Mengutip pejabat-pejabat AS yang tidak disebutkan namanya dan para saksi, surat kabar itu mengatakan serangan tersebut, yang menewaskan duta besar Christopher Stevens dan tiga orang Amerika lainnya, "dilakukan setelah sejumlah minimum perencanaan."
"Para penyerang memamerkan kekacauan tingkat tinggi," kata surat kabar itu mengutip salah satu pejabat intelijen. "Beberapa bergabung dengan serangan yang sedang berlangsung, beberapa tidak memiliki senjata dan lain-lain hanya tampak tertarik pada penjarahan."
Menurut seorang pejabat yang dikutip oleh surat kabar, "Tidak ada intelijen apapun yang para penyerang kirimkan beberapa hari atau pekan sebelumnya sebelum serangan itu mereka rencanakan."
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa "para penyerang melancarkan serangan oportunis mereka "setelah belajar tentang kekerasan di Kedutaan Besar AS di Kairo," kata The Times mengutip pejabat itu.
Partai Republik telah mengatakan pemerintahan Presiden Barack Obama enggan untuk mengakui insiden itu sebagai tindakan terorisme untuk alasan politik.
Tetapi setelah lima pekan penyelidikan, badan intelijen AS mengatakan mereka tidak menemukan bukti-bukti bahwa Alqaidah berpartisipasi dalam kerusuhan itu, kata The Times.