REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan produksi minyak sampai 1 juta barel per hari pada 2014. Angka ini bahkan akan dipertahankan sampai 2025. Hal ini diungkapkan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo dalam seminar Development and Deployment of Enchance Oil Recovery (EOR) Strategy, Senin (5/3).
"Walau cukup sulit tapi kita harap 2025 bisa 1 juta barell per hari," katanya. Karenanya, ia mengaku pemerintah kini mencoba mengembangkan EOR di beberapa titik di Indonesia. EOR sendiri adalah pengembangan sumur-sumur tua untuk kembali mencapai peningkatan produksi.
Meski dinilai cukup mahal, EOR dianggap cara paling strategis menggenjot produksi minyak. Bahkan, cara ini dinilai masih ekonomis dengan harga minyak yang mencapai rata-rata 100 dolar AS per barel.
"Sekarang Chevron sudah melakukan ini, disusul Pertamina di beberapa lapangan," katanya. Meski hasilnya baru sekitar 35 persen menghasilkan tambahan minyak di perut bumi, ia mengaku cukup optimis target yang dibuat pemerintah bisa terlaksana.
Sementara itu, Deputi Perencanaan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (BP Migas), Widyawan Prawiraatmadja, juga mengakui hal ini. Namun menurutnya, untuk menggenjot produksi hingga 1 juta barel, ia tampaknya sedikit pesimis.
Pasalnya untuk 2013 saja, misalnya, target peningkatan produksi yang dipatok 900 barel per hari saja masih cukup sulit."Supaya 900 barel tercapai, Desember itu harus 880 barel per hari. Tapi sekarang masih 850 barel per hari," katanya.
Pengembangan sejumlah proyek baru, seperti South Mahakam misalnya juga belum mampu menambah produksi dengan signifikan. "Bahkan sekitar sampai 5 ribuan saja," jelasnya.
Meski demikian dengan EOR, senada dengan Evita, pihaknya akan mencoba mengoptimalisasikan produksi yang ada. Walau begitu optimalisasi program ini ia prediksi baru bisa terjadi 2021 nanti.