REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kekacauan perang sipil Suriah mulai melibatkan orang-orang Palestina yang tinggal di negara pimpinan Bashar Al-Assad tersebut. Warga Palestina antara pendukung oposisi dan pendukung rezim Assad memerangi satu sama lain, Senin (5/11) di Damaskus.
Pertikaian antar warga Palestina tersebut disertai serangan bom mobil, serangan udara, dan artileri. Puluhan orang tewas dan luka berat akibat insiden tersebut. Kekerasan tersebut meningkatkan kekhawatiran jika Presiden Assad benar-benar dapat digulingkan, antar kelompok oposisi yang memerangi rezim akan saling menyalahkan.
Sejak krisis Suriah meletus Maret 2011 lalu, warga Palestina berdiam diri dan enggan ikut serta dalam pertempuran antara rezim dan oposisi. Namun dalam beberapa bulan terakhir, beberapa warga Palestina mulai mendukung oposisi meskipun mereka bersikeras menciptakan perdamaian antara dua kubu.
Sementara itu beberapa warga Palestina lain di bawah komando umum Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP-GC) yang dipimpin Ahmad Jibril menyatakan setia terhadap Assad. Di bawah kepemimpinan PFLP-GC, warga tinggal di kamp pengungsian warga Palestina Yarmouk di Damaskus.
Pertempuran dimulai sejak Ahad (4/11) ketika warga diserang kelompok yang mengaku warga Palestina penentang Assad.
"Para tentara bayaran yang mengklaim memiliki warga Palestina berada diantara mereka, mencoba menyusup ke kamp namun kemudian dipukul mundur oleh komite populer. Setelah gagal, mereka pun menembakkan mortir yang menewaskan dan melukai banyak orang," ujar sebuah pernyataan dari PFLP-GC.
Sebuah video merekam kekerasan di kamp pengungsian Yarmouk tersebut. Kerusakan tampak di sekitar kamp, kendaraan hangus, kaca jendela di bangunan apartemen pecah. Warga berlindung dibawah puing-puing bangunan dan berteriak panik.
"Mereka yang menyerang kamp adalah teroris. Mereka berusaha menelantarkan kembali warga Palestina," ujar juru bicara PFLP-GC, Anwar Raja.