REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda membubarkan parlemen sebagai jawabannya merespons tuntutan partai oposisi. Ia menepati janji untuk mempercepat pemilihan umum 16 Desember mendatang.
Mosi tidak percaya dilayangkan Parlemen Jepang terhadap kabinet bentukan Noda. Perdana menteri kehilangan dukungan akibat kebijakan yang tidak populer.
Peningkatan nilai pajak membuat negara tersebut masuk dalam pusaran resesi ekonomi. Nilai utang menyeret mata uang Yen mengalami inflasi rendah terhadap dolar.
Penangan nuklir di Distrik Fukushima pascbencana tsunami 2011 juga menjadi alasan kengototan oposisi pimpinan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menjungkalkan Noda dari pemerintah. Parlemen tidak menangkap baik sinyal pemerintah untuk kembali memenafaatkan reaktor nuklir di kawasan bencana itu.
BBC News mengatakan tingkat dukungan terhadap partai Demokrat Jepang (DPJ) usungan pemerintah juga merosot. Dikatakan sejak Noda memimpin pemerintahan pada Agustus 2011, popularitas DPJ mencapai 60 persen. Namun saat ini hanya menyisakan 25 persen.