REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemuda Mesir marah dan melemparkan batu ke arah sebuah truk polisi. Ribuan orang berkumpul di pusat kota Kairo. Mereka memprotes keputusan Presiden Mesir Muhammad Mursi untuk mendapat kekuasaan baru. Polisi menembakkan gas air mata di dekat Tahrir Square. Mursi pada Kamis (23/11) lalu mengeluarkan sebuah dekrit.
Dia membuat keputusan yang dianggap melawan hukum sampai parlemen baru terpilih. Lawannya segera menuduh bahwa Mursi merupakan Mubarak versi baru dan pembajakan revolusi Mesir. "Aksi ini bentuk point of no return untuk Mursi," kata Ahmed Saleh, salah satu aktivis yang ikut dalam aksi seperti dikutip dari laman Reuters.
Para aktivis berencana akan tinggal di Tahrir Square sampai Mursi mencabut keputusannya tersebut.Amerika Serikat, Uni Eropa dan PBB menyatakan prihatin terhadap langkah yang diambil Mursi. Saingan Mursi mengancam bahwa dirinya sebagai firaun otokratis yang ingin memaksakan visi islam versinya di Mesir.
"Saya merupakan milik semua orang Mesir," kata Mursi di atas panggung di luar istana presiden. Dia bekerja untuk stabilitas sosial dan ekonomi. Dia akan tetap berkomitmen untuk revolusi. Sementara pembantu presiden menambahkan, keputusan yang dibuat Mursi tersebut dimaksudkan untuk mempercepat transisi menuju demokrasi.
Selama ini demokrasi dianggap sudah berlarut-larut terhalang karena hambatan hukum.Sementara itu para hakim di Mesir berencana akan melakukan pertemuan hari ini, sabtu (24/11), untuk menanggapi langkah Mursi tersebut.
Keputusan yang dilakukan Mursi tersebut dianggap sudah berada di atas pengawasan yudisial. Para hakim bisa mengancam dirinya untuk mundur dari jabatan. Beberapa partai politik non islam juga menyerukan keputusan Mursi tersebut.
Namun, partai-partai Islam, termasuk Partai Pembangunan, menuduh lawan Mursi sebagai bentuk merusak proses demokrasi. "Mereka ingin menolak demokrasi yang dibawa Mursi," kata salah satu partai. Padahal keputusan tersebut bisa menyelamatkan sisa-sisa rezim Mubarak.
Seperti diketahui sebelumnya, Mursi membuat keputusan pada kamis lalu, bahwa perakitan islam dengan didominasi membuat konstitusi baru tidak bisa dihalangi oleh hukum. Pernyataannya tersebut bahkan mendapatkan penghargaan dari seluruh dunia karena dianggap menengahi gencatan senjata antara Hamas dan Jalur gaza.