REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuota BBM bersubsidi yang habis diduga dampak dari kebocoran anggaran hingga Rp 38 triliun.
“Jika target pertumbuhan terkoreksi sewajarnya konsumsi BBM bersubsidi juga berkurang. Namun yang terjadi sebaliknya, dan angkanya sangat besar, berarti kebocorannya luar biasa sekitar Rp 30 triliun hingga Rp 38 triliun,”cetus anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Mucharam dalam rilisnya, Rabu (5/12).
Perhitungannya terletak pada APBN 2012 dengan target pertumbuhan 6,7 persen. Posisi konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 40 juta kilo liter. Saat asumsi pertumbuhan diturunkan pada APBN P 2012 menjadi 6,5 persen, kuota BBM bersubsidi justru ditambah 4,04 juta kilo liter.
Pada akhir tahun ini pertumbuhan diperkirakan hanya sebesar 6,3 persen, tapi kuota BBM bersubsidi lagi-lagi akan ditambah 1,2 juta kilo liter sehingga total menjadi 45,24 juta kilo liter. karena pertumbuhan tahun ini tidak mencapai 6,7 persen, maka konsumsi BBM bersubsidi seharusnya dibawah 40 juta kilo liter.
Angka pertumbuhan 6,3 persen, seharusnya ada konsumsi BBM bersubsidi hanya sebesar 37,6 – 38 juta kilo liter. Artinya, menurut Ecky, kebocoran BBM bersubsidi tahun ini bisa mencapai 7,6 juta kilo liter, atau 16,8 persen.
“Itu perhitungan kasar dengan asumsi sederhana dan logika linear, tapi dari situ bisa diperkirakan betapa besarnya kerugian negara dari kebocoran BBM bersubsidi. Itu semua masuk kantong penyelundup dan pengusaha hitam pertambangan,”kata Ecky.