REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Kepolisian Mesir bentrok dengan ribuah demonstran yang berada di luar Istana Kepresidenan setempat. Kejadian itu memaksa Mohamed Mursi meninggalkan istananya.
Polisi menembakkan gas air mata kepada sekitar 10 ribu demonstran yang marah karena rencana referendum Mursi di konstitusi baru pada 15 Desember. Beberapa demonstran menerobos garis polisi di sekitar istana dan memprotes di sebelah dinding pembatas.
Massa bergabung untuk memberi peringatan terakhir kepada Mursi. Mereka menolak keputusan pada 22 November yang memperluas kekuasaan Mursi. "Rakyat ingin rezim jatuh, " ujar para demonstran.
Akibat demo ini, sumber kepresidenan yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan presiden meninggalkan istana. Sumber keamanan istana juga mengatakan hal yang sama.
Pemerintahan Mursi masih menyisakan permasalahan yang menyebabkan demo besar-besaran seperti pendahulunya Hosni Mubarak. Menghadapi krisis terparah dalam enam bulan pemerintahannya, Mursi mendapat tekanan dari bawah.
Polisi anti huru hara di istana berhadapan dengan aktivis yang meneriakkan kata "pergi, pergi" dan memegang bendera Mesir dengan tulisan "tidak ada konstitusi". Para demonstran berkumpul di dekat masjid utara Kairo sebelum berbaris menuju istana.
Massa kemudian mengepung istana. Terlihat beberapa orang mencoba menaiki gerbang istana. beberapa orang juga terlihat memanjat sebuah kendaraan lapis baja milik polisi dan melambaikan bendera. Kementrian kesehatan setempat mengatakan 18 orang terluka dalam bentrokan dengan polisi di samping istana.