REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Natalia Soebagyo, mengatakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini menjadi korban dari keberhasilannya.
"KPK menjadi korban dari keberhasilannya. Makin berhasil dia, maka makin banyak musuhnya, dan itu kita rasakan sekarang," katanya setelah peluncuran Indeks Persepsi Korupsi 2012 di Jakarta, Kamis.
Natalia menyebutkan, salah satu contoh kasusnya adalah alotnya persetujuan dari DPR terkait anggaran pembangunan gedung baru KPK.
"Untuk persetujuan gedung baru saja, DPR mempersulit sampai masyarakat harus turun dulu, mengumpulkan uang dulu," kata Natalia.
Menurut Natalia, partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut secara signifikan memberikan dorongan atas melunaknya sikap DPR. "Uang yang terkumpul (dari gerakan masyarakat) memang tidak seberapa, tapi itu menunjukkan bahwa tanpa dorongan tidak akan ada perubahan," ujar dia.
Natalia juga menyampaikan bahwa anggaran gedung tersebut disetujui dengan diikuti pengurangan anggaran pada program-program lain KPK. Hal-hal demikian, lanjut Natalia perlu diwaspadai dengan tidak mengurangi dukungan terhadap KPK.
"Hal-hal semacam itu kita harus selalu waspada dan kita harus tetap dukung KPK," ujar Natalia.
Meskipun KPK bukan lembaga yang sempurna, namun komisi tersebut menjadi satu-satunya tumpuan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
"KPK memang tidak sempurna, tapi itu satu-satunya lembaga yang kita miliki yang khusus untuk memberantas korupsi, dan apapun yang dapat kita lakukan harus kita lakukan untuk membantu KPK," tambah dia.