Rabu 25 Apr 2012 08:33 WIB

Pengamat: Ada Gejala Negatif di Riset Pilkada DKI

Pilkada langsung (ilustrasi).
Pilkada langsung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat yang juga Direktur Eksekutif Center for Indonesia Reform atau CIR, Sapto Waluyo, mengemukakan ada gejala negatif yang dilakukan lembaga riset dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. "Sebagian lembaga riset bukan memetakan kondisi real masyarakat, tetapi melakukan pembentukan pendapat ('opinion building') atas kliennya, sambil berkampanye negatif terhadap kompetitor," katanya di Jakarta, Rabu (25/4).

Ia mengemukakan bahwa dari sekian survei, terbukti posisi pasangan Foke-Nara cenderung menurun, yakni 49,1 persen (LSI), 47,2 persen (Puskaptis), 42,4 persen (Cyrus), dan 30 persen (Pride). Sementara Jokowi-Ahok cenderung naik dari 14,4 persen; 15,1 persen; dan tiba-tiba melompat 31,8 persen.

"Anehnya, Cyrus tak menyebut raihan Hidayat-Didik saat itu," kritik Sapto, alumni Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) yang menamatkan S-2 dengan kajian terorisme di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS) kampus Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu.

Menurut riset lembaga kajian strategi dan kebijakan ini, kata dia, posisi Foke-Nara sekitar 35 persen, lalu posisi kedua justru Hidayat-Didik (25 persen), dan kemudian Jokowi-Ahok (20 persen). Kajian ini masih terus berlangsung. "Kami belum mempublikasi temuan ini karena proses sedang berlangsung, dan status kandidat juga belum ditetapkan KPU DKI Jakarta. Jika ada kandidat yang didiskualifikasi KPU, maka posisi yang lain bisa berubah," tambahnya.

Ditegaskannya bahwa yang penting buat publik, kaum periset perlu membedakan popularitas dan elektabilitas. Menurut dia, Jokowi-Ahok mungkin populer, tapi belum tentu rakyat Jakarta memilih mereka. "Faktor apa yang membuat publik yakin? Tak terjawab di survei. Sementara, Hidayat+Didik dipersepsi rendah, padahal Hidayat pernah mendapat suara di atas BPP nasional, tertinggi di Indonesia," katanya.

Ia merujuk pada pasangan PKS pada Pilkada sebelumnya, yakni Adang-Dani, yang dapat sedikitnya 26 persen dalam pilkada 2007. "Masak bisa berubah secara drastis?" katanya. Menurut dia, variabel seperti itu yang perlu dicari jawabnya lewat survei. "Sehingga jangan ada penipuan atau pengarahan opini publik via statistik. Jika Hidayat bisa memulihkan kepercayaan publik terhadap PKS, yang kini didukung PAN/Didik Rachbini) serta pendukung Adang-Dani tetap solid, maka peta kompetisi akan seru," kata Sapto.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement