REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut pertama, Fauzi Bowo-Nachrawi Ramli (Foke-Nara) menampakkan kepanikannya dalam menghadapi perkembangan masa kampanye. Hal itu tergambar dari ngototnya mereka mengusung jargon menang 'satu putaran' saja.
"Padahal untuk masuk ke putaran dua saja sudah cukup bagus," kata pengamat politik UI Iberamsyah, di Jakarta, Kamis (5/7).
Menurut dia, basis dukungan pasangan Foke–Nara, yakni Partai Demokrat (PD) sudah sangat rapuh dan bahkan dibenci masyarakat karena para pemimpinnya terlibat skandal korupsi. Karena itu, dia mengistilahkan Foke-Nara berjalan di atas kapal yang rapuh.
Selain itu, Iberamsyah juga menyangsikan jika Pemilukada DKI akan berlangsung satu putaran, seperti banyak diklaim pendukung Foke-Nara. Sebab, kata dia, suara akan terbagi pada enam pasangan kandidat.
Dia khawatir, jika memaksakan terjadi satu putaran, pelaksanaan Pemilukada akan menjadi tidak sehat. Sebab, hal tersebut menjadi tidak mungkin dalam kondisi enam pasang kandidat. "Kalau ternyata berlangsung satu putaran dan Foke–Nara menang, wah, perlu kita curigai. Kemungkinan ada permainan suara," ujarnya.