REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Penyebaran berbagai isu penghinaan terhadap Suku, Agama dan Ras (SARA) mulai meluas. Tidak hanya melalui spanduk atau selebaran saja, namun telah menembus media digital. Usman Hamid, Aktivis HAM, memaparkan penyebaran isu adu domba di ruang-ruang publik offline ternyata juga mulai meluas di media sosial digital, seperti Twitter dan Facebook.
"Parahnya lagi, beberapa akun twitter baru bahkan bermunculan dengan pesan-pesan primordial yang agresif dan kasar untuk menyudutkan pasangan calon gubernur tertentu," katanya, dalam konferensi pers, di Menteng, Jumat (3/8).
Hal sama pun dituturkan oleh AE Priyono, Public Virtue Institute. "Isu SARA ini bisa saja dari golongan minoritas. Jadi, kemungkinan bukan berasal dari tim sukses kedua kubu. Namun, dari lingkup yang kecil bisa saja melebar jika tetap dibiarkan," katanya.
Priyono menjelaskan, perkembangan ini menandai titik terendah dekadensi politik demokrasi Indonesia. Idealnya, kata dia, demi pendewasaan politik dan kematangan demokrasi, kampanye kandidat didasarkan pada visi dan program. Soalnya, lanjut dia, masyarakat pemilih semakin cerdas menimbang dan menentukan pilihan politiknya secara kritis dan rasional.
Dia menambahkan, Kepolisian harus bertindak tegas terhadap kelompok-kelompok yang ingin menebarkan kebencian ini. "Penghinaan seperti ini harus dikenai hukuman pidana agar mereka jera," katanya.