Selasa 18 Sep 2012 21:54 WIB

KPPI Waspadai Kecurangan di Pilkada Ronde Dua

Pegawai Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta menunjukkan contoh kertas surat suara untuk pilkada putaran kedua, di Jakarta, Jumat (31/8) lalu.
Foto: Antara/Ujang Zaelani
Pegawai Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta menunjukkan contoh kertas surat suara untuk pilkada putaran kedua, di Jakarta, Jumat (31/8) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) mewaspadai terjadinya berbagai modus kecurangan menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua pada 20 September nanti.

"Kecurangan tersebut ada beberapa macam modusnya, mulai dari mempengaruhi, mengarahkan, sampai mengintimidasi pemilih," kata Ketua KIPP Wahyudinata dalam konferensi pers di Sarinah, Thamrin, Jakarta, Selasa (18/9).

Selain itu, lanjut Wahyu, kecurangan teknis lain yang mungkin terjadi pada hari pemungutan suara, yaitu terkait tindakan pendokumentasian pencoblosan surat suara.

"Maksudnya, pemilih memotret surat suara yang sudah ia coblos, kemudian dijadikan sebagai alat bukti untuk menggantinya dengan uang yang ditawarkan oknum pendukung salah satu calon," ujar Wahyu.

Oleh karena itu, Wahyu mengungkapkan pihaknya akan mengerahkan sekitar 250 relawan untuk mengawasi jalannya proses pemungutan suara di 300 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di Jakarta.

"Pada saat berlangsungnya Pilkada, kami menurunkan sekitar 250 relawan yang ditempatkan di beberapa TPS yang kami anggap rawan kecurangan," kata Wahyu.

Menurut Wahyu, sejumlah TPS yang rawan kecurangan tersebut, antara lain di daerah Duren Sawit, Kramat Jati, Johar Baru, Kemayoran, Kapuk Muara, dan Tambora.

Wahyu menambahkan setelah berakhirnya pemungutan suara, pihaknya juga akan mengawal proses penghitungan suara mulai dari tingkat TPS, kelurahan, kecamatan, kota atau kabupaten hingga provinsi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement