REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Karya sastra mempunyai peran dalam sejarah. Namun, sejarah dalam karya sastra tidak menotalkan kebenaran. Karena, sastrawan bermain pada estetika dan imajinasi.
"Sejarah mencatat untuk membangkitkan semangat kejuangan atau pemberontakan disebabkan karya sastra," kata cerpenis Damhuri Muhammad pada acara diskusi 'Sastra dan Kesadaran Sejarah pada Temu Sastra Indonesia 2012: Konferensi Jakarta' seperti dikutip Antara.
Damhuri mencontohkan sastra Rusia. Sejarah Rusia justru didapatkan dari karya-karya sastra pengarang Rusia.
Namun, kata Damhuri, karya sastra tidak berpretensi sebagai karya sejarah.
"Karya sastra tidak terikat pada dominasi saintistik," ujar Damhuri. "Apabila karya sastra berupaya pada pencapaian-pencapaian estetik, sedangkan sejarah berupaya pada pencapaian saintistik.''
Dia mencontohkan novel 'Siti Nurbaya' sebagai karya sastra yang begitu kuat imajinasi pengarangnya. Tapi, novel 'Siti Nurbaya' kemudian mempengaruhi orang Minang sehingga menganggapnya sebagai karya sejarah yang punya kebenarannya. Kemudian dibuatkanlah makam Siti Nurbaya.