REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) berharap ada reaksi yang lebih keras dari Indonesia kepada mantan menteri penerangan Malaysia, Zainudin Abidin yang telah menghina mantan Presiden Republik Indonesia, BJ. Habibie.
Meskipun demikian ia menegaskan reaksi keras yang dilakukan mesti proporsional. "Kalu dia hina lewat tulisan, mestinya kita lawan dengan tulisan yang juga lebih keras," kata Jusuf Kalla (JK) kepada wartawan, Rabu (12/12), di Jakarta.
JK mengatakan bangsa Indonesia mesti bisa memahami kondisi politik di Malaysia yang juga sedang memasuki tahap demokrasi. Penghinaan Zainudin tidak bisa serta merta ditafsirkan sebagai penghinaan Malaysia atas Indonesia.
"Itu kan pendapat pribadi bukan pernyataan resmi negara," katanya.
Reaksi berlebihan yang bersifat reaksioner menurut JK hanya akan merugikan Bangsa Indonesia. Hal ini karena menurutnya bila semua pendapat pribadi dianggap mewakili negara maka hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia mestinya sudah lama terputus.
"Memanggil duta besar tidak perlu karena ini urusan pribadi. Dan ini persoalan perorangan. Karena ini pribadi pemerintah tidak perlu terjadi," ujar JK.
JK percaya Habibie sebagai orang yang berperan besar dalam demokrsi akan bisa menyikapi penghinaan yang dialamatkan pada dirinya dengan jiwa demokratis.
"Negeri ini kan demokratis karena peran Pak Habibie. Saya rasa beliu tidak mau kita berkelahi cuma gara-gara tulisan," katanya.
Sebelumnya dalam sebuah kolom di media Utusan Malaysia, Senin (10/12), Zainuddin menyebut Habibie sebagai sebagai pengkhianat bangsa Indonesia karena membiarkan Timor-Timur lepas dari pangkuan NKRI lewat refrendum. Dia juga menyebut Habibie sebagai 'gunting dalam lipatan' dalam pemerintahan Soeharto dan mengakibatkan perpecahan Indonesia dengan munculnya 48 partai politik.
Terakhir lantaran bersedia menyerahkan negaranya ke IMF, Zainudin menyebut Habibie dan Anwar Ibrahim sebagai sesama 'anjing imperialisme' (the dog of imperialism).