REPUBLIKA.CO.ID, Meskipun telah berstatus sebagai istri orang, namun Rithah merasa aneh. Dia tidak merasa bahagia.
Suatu hari, sang suami terlihat bosan. Rithah pun bertanya apa yang menggangu pikiran suaminya itu. Sukhr pun berkata bahwa dia ingin pergi ke Syam untuk berdagang.
Dia meminta sejumlah uang kepada Rithah untuk mempersiapkan kafilah ke Syam. Sukhr pun berjanji akan kembali dalam satu hingga dua bulan.
Rithah merasa sedih dengan kepergian sang suami. Sukhr pun tidak kunjung pulang hingga lebih dari tiga bulan. Dia bertanya kepada setiap penduduk Makkah yang datang dari Syam.
Namun, jawaban mereka mengejutkan Rithah. “Sukhr tidak pergi dengan kafilah mana pun,” kata orang-orang. Rithah lalu memutuskan untuk pergi ke kampung halaman suaminya di Bani Tamin.
Namun, betapa kecewanya hati Rithah ketika berjumpa dengan Sukhr. Sukhr tidak menginginkan Rithah lagi sebagai istrinya. Dia menyebut Rithah sebagai perempuan tua yang tidak pantas mendampingi dirinya yang masih muda itu.
Bahwa, pernikahan tersebut terjadi hanya karena dia dan ibunya menginginkan harta Rithah yang melimpah ruah. Sukhr pun meninggalkannya dan tidak pernah lagi muncul di hadapan Rithah.
Meskipun demikian, Rithah tidak mampu menyembunyikan cintanya pada Sukhr. Dia terus mencari tahu keberadaan mantan suaminya itu kepada kaumnya. Dia mendapatkan jawaban bahwa Sukhr telah diusir dari kampungnya bersama teman-temannya karena telah berbuat kejahatan.
Sukhr kini hidup bersama orang-orang miskin yang diasingkan. Mendengar kabar tersebut, Rithah merasa sedih. Kini, tidak ada harapan lagi baginya untuk memperbaiki hubungannya dengan sang suami.