REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lima tahun, gerakan Hamas melakukan pawai publik di tepi barat, Kamis (13/12) waktu setempat.
Pawai ini merupakan yang pertama kali di Tepi Barat sejak tahun 2007 silam. Langkah ini menggambarkan meningkatnya hubungan Hamas dengan gerakan Fatah yang telah retak sejak lima tahun yang lalu.
Saat itu, Hamas merebut kekuasaan di Jalur Gaza. Akibatnya, residen Palestina, Mahmoud Abbas yang berasal dari Fatah hanya mengontrol di Tepi Barat.
Tetapi dua faksi yang bertikai ini telah membuat gerakan satu sama lain setelah serangan delapan hari Israel di Jalur Gaza bulan lalu dan memenangkan pengakuan internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara de facto negara Palestina.
Tidak hanya itu, Ahad (10/12) kemarin, Hamas dengan Fatah sepakat untuk rekonsiliasi. Seperti dilansir BBC News, Jumat (14/12) pemimpin Fatah Amin Makboul memuji ketabahan Hamas dalam konflik teranyarnya dengan Israel.
"Ketabahan Hamas dan kemenangannya di Gaza merupakan kemenangan besar bagi semua orang Palestina," kata pemimpin Fatah Amin Makboul, dalam sebuah pidato di pawai, Kamis (13/12) di Nablus.
Hamas mengklaim, sekitar 5.000 pendukung pihaknya turun ke jalan di Nablus setelah shalat, Kamis (13/12) waktu setempat. Massa meneriakkan kata-kata seperti, 'Hamas, anda adalah senjata, kami adalah peluru' dan, 'Hamas, menembakkan roket lagi ke Tel Aviv'.
Beberapa wanita memegang model roket Hamas yang ditembakkan di kota-kota Israel dalam pertempuran bulan lalu. Ribuan warga Palestina juga berbaris melalui jalan-jalan di Hebron, meneriakkan slogan-slogan anti Israel dan melambaikan bendera hijau Hamas selama prosesi pemakaman Muhammad Awad Ziad Salaymah (17 tahun) yang tewas ditembak tentara Israel, Rabu (12/12).
Keluarga Salaymah memang dikenal sebagai pendukung Hamas. Para warga menyebut nama Allah SWT dan bersumpah akan membalas dendam. Tubuh Salaymah yang dibungkus kain kafan hijau Hamas diletakkan di atas tandu dan diarak di jalan-jalan.
"Darah kami akan menebus syuhada," teriak warga.
Akibat tewasnya Salaymah, ketegangan di Hebron meningkat. Puluhan pemuda bentrok dengan tentara Israel sepanjang hari, melemparkan batu dan botol. Pasukan Israel kemudian membalas dengan tembakan gas air mata dan peluru karet. Namun dilaporkan tidak ada korban yang luka serius dalam peristiwa tersebut.