REPUBLIKA.CO.ID, Yayah sedang sibuk di dapur menyiapkan masakan untuk makan siang keluarga. Nasi dan beberapa potong lauk sudah tersaji di meja. Tinggal menunggu sayur asam, yang ketika itu sedang dimasak.
Biasanya, setelah semua menu siap disantap, ibu dari enam orang anak ini langsung memanggil keluarganya untuk makan siang bersama.
Dalam hitungan detik, kegembiraan yang tinggal menunggu waktu, itu tiba-tiba buyar. Tidak hanya menu makan siang yang lenyap, melainkan juga hampir semua perabotan seperti peralatan elektronik dan mubelair, yang ada di dalam rumah di pinggir Sungai Siguntur, Desa Cipendawa, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu tersapu habis.
Air yang mengalir di sungai yang ada di samping rumahnya itu datang begitu tiba-tiba, membuat keluarga Yayah tak sempat lagi menyelamatkan harta bendanya.
Menurut Yayah, ketika itu dia sedang sibuk memasak di dapur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah bukit, Gunung Putri.
Pada saat bersamaan, terdengar suara warga berteriak-teriak memberitahu tentang adanya air bah dari arah Gunung Putri, Cianjur, dan meminta warga di sekitar sungai untuk keluar rumah menyelamatkan diri.
“Saya seperti dikejar air, saya lari menuju jalan besar. Untung saja tidak kena. Alhamdulillah, saya selamat meski harta benda kami habis dan rusak akibat banjir,” ujar wanita berumur 48 tahun ini, menceritakan peristiwa yang terjadi pada Selasa (18/12).
Menurut Yayah, air mengalir begitu deras dan cepat. Hanya dalam hitungan menit, rumah yang dihuni delapan orang itu pun terendam air hingga menyentup plafon. Aliran air yang begitu deras, membuat semua perabotan yang ada di dalamnya rusak dan porak-poranda.
Banjir yang merusak sekitar 40 rumah warga itu, berlangsung sekitar 30 menit. Namun, karena arusnya sangat deras dan dalam jumlah besar seperti air bah, mengakibatkan banyak rumah yang rusak.
Menurut seorang warga, Sukarta, ada lima rumah warga yang terseret air dan 10 rumah warga rusak parah. Yang lain, kekrusakannya tergolong ringan.
Sukarta menyebutkan, warga yang terkena musibah banjir di Desa Cipendawa, Cipanas, saat ini mencapai 43 kepala keluarga atau 126 jiwa. Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu. Hingga kini, warga masih merasa was-was dengan kemungkinan datangnya kembali banjir, mengingat masih musim hujan.
Bahkan, pagi tadi, Jumat (21/12), air masih sempat naik hingga sekitar lutut orang dewasa. “Tapi hanya sebentar, setelah itu surut lagi,” ujarnya.
Sungai Siguntur yang yang berada di Desa Cipendawa, berukuran lebar sekitar tiga meter. Airnya terlihat dangkal, namun mengalir deras. Rumah warga yang berdiri di sisi kiri dan kanan sungai tampak rusak.
Rumah yang masih berdiri terlihat kotor dengan tumpukan tanah dan sampah. Beberapa warga sibuk membersihkan rumah. Eksavator dan sebuah mobil truk, terlihat mengeruk tanah yang menumpuk di bantaran sungai dan halaman rumah warga.
Dalam kunjungannya ke lokasi bencana, Deddy Mizwar menyatakan bangga dengan kebersamaan warga yang dengan cepat membantu sesama saudaranya yang tertimpa musibah. Dibantu para relawan, warga mendirikan dapur umum lengkap dengan posko layanan kesehatan.