REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Nengsih (34 tahun) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Cipetir RT 08/07, Desa Liunggunung, Kecamatan Plered, hilang kontak dengan keluarganya sejak tujuh tahun terakhir.
Saat ini, keluarga TKI Nengsih sangat mengharapkan kabar dari pahlawan devisa tersebut.
Sopandi (43 tahun), suami Nengsih, mengatakan, istrinya itu berangkat sejak Desember 2003 yang lalu. Nengsih berangkat ke Arab Saudi, melalui sponsor atas nama Yayah, warga setempat. Oleh Yayah, Nengsih dikenalkan ke pengurus di PJTKI PT Dian Rama Persada, Jakarta.
"Saat dua tahun pertama ada kabar berita dari Nengsih," ujar Sopandi, Rabu (26/12).
Ia menyebutkan, isterinya bersama Yayah sama-sama bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga. Dua tahun kemudian, Yayah kembali ke kampung halaman. Akan tetapi, Nengsih tidak ikut serta. Ayah dua anak ini, kemudian menanyakan alasan Nengsih tak ikut pulang.
Ternyata, Nengsih ingin melanjutkan kontrak dengan majikannya. Supaya, bisa mengumpulkan rupiah yang lebih banyak lagi. Dengan alasan itu, Nengsih memutuskan untuk tetap bekerja di Arab Saudi.
Namun malang, sembilan tahun berselang Nengsih tak juga kunjung pulang. Padahal, kedua anaknya yaitu Robi Supriadi (12 tahun) sama Memes (10 tahun) selalu menunggu kedatangan ibunya.
Kini, keluarga Sopandi hanya bisa menunggu kedatangan Nengsih. Rumah kecil mereka yang hanya berukuran 4x5 meter, menjadi saksi bahwa keluarga ini sangat merindukan Nengsih.
"Saat hari ibu kemarin juga, kedua anak saya selalu bertanya kapan mamahnya pulang," tutur Sopandi dengan wajah sedih.
Kesedihan mendalam, dirasakan anak kedua mereka, Memes. Sebab, sejak umur setahun dia sudah ditinggalkan ibunya. Kini Memes, telah beranjak jadi gadis cilik. Dia sudah duduk di kelas IV SD. Namun, sampai sekarang Memes belum bisa melihat jelas wajah ibunya.