Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mata batin ialah kekuatan untuk melihat dan menyaksikan sesuatu yang oleh mata fisik tidak mampu dilihat atau disaksikan.
Dalam kitab “Jami’ Karamat al-Auliya” karangan Yusuf Ismail an-Nabhani (dua jilid), disebutkan, sejumlah wali bisa berkomunikasi lancar dengan Rasulullah SAW atau dengan ulama-ulama besar di zaman jauh sebelumnya melalui kekuatan “mimpi”.
Bahkan, dikatakan alangkah miskinnya seorang murid (pencari makrifat) kalau gurunya hanya orang-orang hidup.
Cerita-serita semacam ini bisa kita lihat dalam banyak kitab, termasuk karya monumental Yusuf Ibn Ismail an-Nabhani, seperti telah disebutkan, yang terdiri atas dua jilid dengan menampilkan 695 tokoh yang dikategorikannya sebagai wali.
Banyak hadis shahih yang meriwayatkan keutamaan mimpi berjumpa Rasulullah. Di antara hadis itu, yakni “Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku.” (HR Muslim dari Abi Hurairah).
Dalam redaksi lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-benar melihat sesuatu yang benar.” (HR Muslim dari Abu Qatadah).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa yang sering berselawat terhadapku, aku tahu dan aku tentu memberikan syafaat di hari kiamat.” Selain itu dikatakan pula, “Barangsiapa memimpikan aku maka aku akan bersamanya nanti di surga.”
Mimpi berjumpa dengan Rasulullah tentu merupakan dambaan setiap umatnya. Sejumlah ulama khawas menasihatkan, jika ingin bermimpi berjumpa dengan Rasulullah maka berdoalah kepada Allah, wujudkan rasa cinta yang sangat mendalam, dan banyaklah bershalawat terhadapnya.