Rabu 16 Jan 2013 16:27 WIB

Prancis Pastikan tak Tinggalkan Mali Hingga Gerilyawan Lenyap

Rep: bambang noroyono/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Tentara Prancis berjalan meniggalkan hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)
Tentara Prancis berjalan meniggalkan hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--Dewan Keamanan PBB, dan Uni Eropa meyakini kelompok bersenjata di Mali adalah bagian dari kelompok Alqaidah. Mereka disebut bergerak secara gerilya di beberapa negara di Afrika. Kelompok bersenjata seperti MUJAO, Alqaidah Maghrib Islam (AQIM), Anshar Dine, dan Gerakan Nasional Azawad (MNLA) yang berbasis di Mali sejak Maret 2012 mencoba mendongkel penguasa di Ibu Kota.

Sementara di Paris, Otoritas Pertahanan Prancis mengatakan intensitas serangan akan ditingkatkan. Menteri Pertahanan, Jean Yves Le Drian menyatakan, negaranya tidak meninggalkan Mali hingga kelompok bersenjata lenyap.

Pasukan Angkatan Darat Prancis dikatakan dia sudah bergabung dengan pasukan ECOWAS. ''Pingkatan bertahap (pengerahan) pasukan akan berada diangka 2.500 (personil),'' kata dia, Selasa (15/1).

BBC News mengatakan personel asing yang dikerahkan sebenarnya yang tidak berimbang dari jumlah kelompok bersenjata yang hanya sekira 800 tentara gerilyawan. Sedangkan intensitas serangan udara juga tidak menurun di Goa dan Timbuktu.