REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat Rabu mengutuk serangan bunuh diri terhadap satu masjid Syiah di Irak utara, dan mengatakan itu membuktikan "para teroris" ingin menargetkan seluruh rakyat Irak, tanpa memandang agama mereka."
Serangan itu, paling banyak menimbulkan korban jiwa dalam enam bulan, mungkin akan meningkatkan ketegangan di Irak yang dilanda lebih sebulan protes di daerah-daerah yang berpenduduk mayoritas penganut Sunni, di tengah-tengah tuntutan pengunduran diri Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang berasal dari kelompok Syiah.
Dalam satu pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Vitoria Nuland menyebut serangan bom di masjid Tuz Khurnatu, 175km dari Baghdad, sebagai "mengejutkan dan mengerikan." Seorang pejabat menyebut jumlah korban 42 orang tewas dan 75 lainnya cedera.
Tujuan dari serangan itu adalah untuk "mengganggu keinginan rakyat Irak yang dengan suara bulat mendukung stabilitas dan keamanan," kata Nuland dan menambahkan "Kami menyampaikan simpati kami yang sangat dalam kepada keluarga para korban."
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu, tetapi para anggota kelompok garis keras Sunni sering melancarkan serangan-serangan dalam usaha merongrong pemerintah Irak dan mendorong aksi kembali pada aksi kekerasan sektarian yang memuncak antara 2005 dan 2008, tidak lama setelah perang pimpinan AS yang telah menggulingkan Presiden Saddam Hussein.