REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Masa keemasan bagi petani hortikultura telah datang. Penyetopan impor sementara beberapa produk hortikultura harus dibarengi dengan penggejotan produksi dan kualitas tanaman.
"Ini pertama kali dan jarang terjadi," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KNTA), Winarno Tohir, kepada Republika.
Ia menuturkan, buah lokal baru sebatas menang dalam hal kesegaran. Karenanya, kata dia, petani buah lokal tidak membutuhkan bahan kimia demi mengawetkan hasil panen mereka. Sehingga dari segi keamanan pangan, produk buah lokal lebih terjamin. Kondisi ini, sambungnya, berbeda dengan buah impor yang butuh diawetkan agar bentuknya tetap bagus ketika sampai di tangan konsumen.
Saat ini, menurut Winarno, petani hortikultura tengah menyiapkan kelengkapan komoditas yang selama ini dipenuhi dari impor. Disamping juga melakukan pembenahan untuk memperbaiki rasa dan tampilan buah lokal guna menarik minat konsumen. "Minimal rasa buah lokal nantinya mampu menandingi buah impor meskipun kalah dari segi tampilan," tambahnya.
Lebih jauh Winarno mengatakan, petani hortikultura pun masih butuh dukungan dalam hal pembibitan. Bibit yang bagus dengan harga terjangkau masih perlu disosialisasikan dikalangan petani.
Menurutnya, petani akan mempu menghasilkan produk berkualitas asalkan bibitnya juga bagus. Dia berkaca pada kamoditas jambu bangkok beberapa tahun yang lalu. Petani bisa menghasilkan jambu bangkok yang kualitasnya sebanding dengan jambu bangkok impor sungguhan.
Impor bibit
Kebutuhan akan bibit berkualitas juga diakui Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPP HKTI), Rahmat Pambudi. Dibandingkan mengimpor buah, menurutnya, impor bibit bisa menyelamatkan industri hortikultura.
Dengan mengimpor bibit, ungkap dia, petani bisa mendapatkan buah dengan kualitas impor. "Lebih baik impor bibit daripada impor buah yang sudah jadi," ujarnya.
Namun, Rahmat mengingatkan petani hendaknya juga mengawasi kualitas bibit impor. Ia mencontohkan apa yang terjadi dengan komoditas kentang yang selama ini diimpor dari Belanda. Negara Kincir Angin harus menjamin bibitnya telah terbebas dari penyakit sebelum diimpor ke Indonesia.
Dalam menghadapi era keemasan ini, menurutnya, petani hortikultura harus mempunyai strategi jitu. Salah satunya adalah dengan fokus pada buah yang paling kompetitif dan mampu diproduksi secara masal seperti pepaya, mangga, pisang dan jambu.
Untuk komoditas lain seperti durian, diakui Rahmat, petani lokal perlu lebih kreatif. Dengan strategi pemasaran jitu, terang dia, durian petruk misalnya, akan mampu menggilas popularitas durian monthong. "Yang paling penting adalah sediakan buah yang murah, banyak dan bagus. Kita mampu," ujarnya.