REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kasus korupsi yang membelit PKS tak lebih dari arisan nasib yang bisa membeli partai politik. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok tak heran dengan munculnya kasus korupsi yang satu persatu menjerat kader-kader partai politik.
“Ini arisan saja. Arisan nasib. Itu nasib saja, bukan strategi. Kemarin Demokrat, sekarang PKS besok Golkar,” katanya saat ditemui usai rilis survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Ahad (3/2).
Ia mengatakan semua partai bisa saja terkena kasus korupsi. Yang terjadi saat ini hanyalah tinggal menunggu giliran siapa duluan yang diciduk oleh penegak hukum. Saat ini, semua mata sedang tertuju pada PKS dan mungkin Partai Golkar untuk kasus korupsi Alquran.
Mubarok mengakui untuk Partai Demokrat, kasus korupsi yang ditandai dengan diciduknya mantan bendahara PD, Nazaruddin menjadi persoalan yang cukup dahsyat. Namun, ia sedikit menyindir persoalan partai lain yang tak kalah dahsyat karena kasus korupsinya justru melibatkan pucuk pimpinan partai.
“Watak politik kan korupsi. Hanya persoalannya spektakuler apa enggak. Kalau Nazaruddin (Partai Demokrat) memang sangat dahsyat. Tapi lebih dahsyat lagi kalau itu (yang tersangkut korupsi) Presidennya (Presiden PKS),” katanya menyindir.
Ia pun memaklumi reaksi PKS terutama seruan tobat nasional yang diucapkan oleh Presiden PKS yang baru yakni Anis Matta. Menurutnya, PKS gugup menghadapi kenyataan yang ada. Seruan tobat nasional pun tak lain bentuk keterkejutan. “Dia terkejut luar biasa,” katanya.