REPUBLIKA.CO.ID, TIMBUKTU -- Pasukan militer gabungan Mali dan Prancis berhasil menangkap salah satu pemimpin utama Ansar Dine, kelompok bersenjata yang selama ini bercokol di Timbuktu, Mali, Ahad (3/2).
Penangkapan kali ini memperlemah posisi pemberontak di Mali Utara. Seorang sumber militer mengatakan kepada Aljazirah, tokoh tersebut di tangkap saat berada di Hallil dekat perbatasan Aljazair. Dia bernama Moahed Moussa Ag. Mousa adalah satu di antara tiga pimpinan teratas Ansar Dine.
''Orang ini adalah pelaku teror yang memerintahkan hukuman potong tangan di masyarakat,'' kata sumber tersebut, kepada kala berita asal Qatar itu, Senin (4/2).
Mousa kabur dari wilayah Kidal setelah pasukan gabungan tuntas menguasai benteng perlawanan itu. Pejabat di Kidal, Abdoulaye Toure, membenarkan penangkapan tersebut. Kata dia penangkapan itu tidak bisa melupakan kerja sama dengan kelompok bersenjata Azawad. Kelompok terakhir ini sebenarnya adalah salah satu sempalan Ansar Dine. Keduanya bersama-sama mendeligitimasi pemerintahan di ibu Kota Bamoko tahun lalu.
Azawad adalah nama lain dari kelompok pemberontak Tuareg. Mereka menyatakan bersedia bekerja sama dengan tentara gabungan mengusir Ansar Dine dari teritori Mali.
Toure juga mengungkapkan, seorang pria, partisipan pemberontak yang menculik warga prancis juga ikut digelandang. Hingga sekarang tercatat tujuh warga Prancis menjadi tawanan kelompok pemberontak setelah dua skuadron jet tempur Prancis masuk ke Mali. Serangan udara dari jet tempur dan helikopter serbu itu membombardir titik-titik pertahanan pemberontak sejak Jumat (11/1).
Hingga sekarang pukulan mundur pasukan pemberontak itu terus terjadi. Serangan lewat darat juga dilakukan. Lebih dari 2.500 serdadu Prancis membantu Angkatan Darat (AD) Mali. Sementara itu, Juru Bicara Militer di Paris, Thierry Burkhard, mengatakan jet tempur Prancis terus saja menghujani bagian utara Mali dengan roket-roket mematikan.