REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keberadaan NATO di Afghanistan dinilai malah membuat negara itu semakin kacau.
Presiden Afganistan, Hamid Karzai menilai keberadaan pasukan asing tidak punya pengaruh banyak dalam situasi keamanan di negara yang dipimpinnya. Pasukan asing, menurutnya telah berperang di tempat yang salah selama ini.
Contohnya perang yang terjadi di Provinsi Helmand. Menurut Karzai provinsi di wilayah selatan itu lebih aman sebelum kedatangan pasukan asing.
Karzai menunjuk asing telah mengundang ketidakstabilan yang lebih berbahaya terhadap negaranya.
"Afganistan hanya akan tentram jika unsur eksternal yang menciptakan peperangan dan pelanggar hukum dapat terlibat dalam pembicaraan," kata dia saat bersama Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, seperti dikutip Guardian, Senin (4/2).
Pernyataan Karzai adalah sinyal kesekian kali agar pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) segera hengkang dari Afghanistan. Karzai tidak melihat adanya perubahan signifikan dengan masih bercokolnya pasukan asing. Yang terjadi, justru sebaliknya.
Pasukan NATO yang dikomandani Amerika Serikat (AS) menginvansi Afganistan pada 2001. Serangan itu menyusul keterlibatan Pemerintahan Taliban di Afganistan atas perstiwa rontoknya Gedung World Trade Center (WTC) di New York di tahun tersebut.
George Bush, Presiden AS, ketika itu menuding rezim Mullah Mohammed Omar, di Ibu Kota Kabul, sebagai antek terorisme yang melindungi jaringan teror internasional Alqaidah pimpinan Usamah bin Laden.
Alqaidah adalah aktor dibalik runtuhnya Gedung Kembar di Kota Manhattan itu. AS menggulingkan rezim Taliban dengan cara militer. Dan Karzai menggantikan peran presiden di tahun invansi tersebut.
Namun pascapenggulingan Taliban, hingga saat ini, ratusan ribu pasukan asing masih bertahan di negerinya. Alasannya tetap serupa, untuk memerangi sisa-sisa perlawanan teroris.