REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi baja dalam negeri masih rendah. Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) Edward Pinem mengatakan konsumsi baja di Indonesia rata-rata baru mencapai 40 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sementara, negara maju umumnya mengkonsumsi baja hingga 120 kg per kapita per tahun.
Ia berharap, konsumsi baja di dalam negeri setidaknya bisa ditingkatkan hingga 100 kg per kapita per tahun. Peningkatan konsumsi baja ini, kata Pinem bisa digenjot dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Jika proyek infrastruktur sudah berjalan, kata dia, kebutuhan baja akan naik.
Sebagai gambaran, untuk pembangunan proyek jalan tol, untuk satu meter kubik adonan semen membutuhkan 90 kg baja. Untuk pembangunan jembatan layang, satu meter kubik adonan semen membutuhkan 150 kg baja. Kebutuhan baja secara total, kata dia bisa tergambar dengan banyaknya proyek yang akan digarap.
"Kalau eksekusi pembangunan infrastruktur tidak terlalu molor, kita akan banyak mengonsumsi baja," ujar dia, Selasa (5/2).
Pinem mengatakan dengan target konsumsi baja sebesar100 kg per kapita per tahun, maka sedikitnya dibutuhkan sebanyak 15 juta ton besi kasar atau slag pada tahun 2015. Saat ini, Indonesia baru bisa memproduksi 6 juta ton slag.
Di tahun 2015-2016, kapasitas produksi slag baru bertambah hingga 10 juta ton. Penambahan kapasitas slag ini, kata dia berasal dari produksi yang disumbangkan oleh Krakatau Steel Posko yang menyumbangkan tiga juta ton ketika sudah mulai berproduksi.