REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat berbeda dengan daerah lain yang lebih sering melakukan kampanye terbuka dengan panggung-panggung besar. Pasar menjadi lokasi favorit bagi pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat untuk mengenalkan dirinya saat kampanye.
Pengamat Politik Universitas Padjajaran Asep Sumaryana mengatakan pasar menjadi lokasi yang efektif untuk berkampanye karena sebagai tempat berkerumunnya masyarakat banyak. Di dalamnya terdapat pembeli yang berinteraksi dengan pedagang.
Sehingga saat calon datang mereka pun akan mengenal secara langsung pasangan calon yang akan dipilih. "Begitu juga saat mereka pulang kerumah, pembeli maupun pedagang akan bercerita kembali bertemunya mereka dengan pasangan calon," kata Asep di Bandung, Senin (11/2).
Namun demikian, dengan seringnya pasangan calon mengunjungi pasar tradisional merepresentasikan masyarakat Jawa Barat berada pada tingkat ekonomi lemah. Artinya, pasangan calon mengakui mereka dapat mendulang suara secara besar-besaran karena masyarakat menengah bawah sering berinteraksi di pasar tradisional.
Selain itu juga, masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah bawah lebih mudah diiming-imingi janji-janji. "Masyarakat menengah bawah dianggap lebih loyal dibandingkan kelompok intelektual maupun kelompok menengah atas," ujar Asep.
Selama lima hari terakhir, jarang sekali pasangan calon yang berkampanye untuk menggaet pemilih muda maupun para intelektual. Menurut Asep, ongkos kampanye yang dikeluarkan oleh pasangan calon lebih mahal dibandingkan di kelompok menengah bawah.
Hal itu karena, kaum intelektual dalam hal ini mahasiswa lebih menuntut banyak untuk beradu argumen daripada memberikan janji-janji. Mereka lebih khawatir tidak dapat menjawab apa yng ditanyakan mahasiswa.
"Belajar dari pengalaman sebelumnya, dengan blusukan ke pasar tradisional calon yang bertarung di pilkada selalu menang," tutur Asep. Masyarakat Jawa Barat lebih banyak berbentuk paguyuban yang sebagian besar tergolong menengah bawah.