Selasa 26 Feb 2013 11:53 WIB

Jelang Pemilu, Mursi Mulai Bentuk Citra di TV

Rep: Indah Wulandari/ Red: Damanhuri Zuhri
Presiden Mesir, Mohammed Mursi
Foto: REUTERS
Presiden Mesir, Mohammed Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Presiden Mesir Mohammed Mursi dianggap membentuk citranya lewat media televisi jelang pemilihan umum medio April mendatang. Selama lebih dari dua jam, suara Mursi terdengar tegas di studio televisi lokal Senin (25/2).

Beberapa waktu kemudian air matanya meleleh saat menceritakan kondisi finansial Mesir. Di sisi lain, dia sempat menceritakan pengalamannya selama protes massa oposisi setiap hari menghujat dirinya.

Rekaman Mursi yang ditayangkan pada dini hari itu banyak menuai kritikan. Retorika sang presiden dianggap tidak bisa memecahkan masalah yang tengah dihadapi masyarakat Mesir.

 

"Saya tidak optimistis lagi terhadap perkembangan kepresidenan. Saya justru khawatir pada kemarahan yang makin memuncak hari demi hari,'' kata Gamal Eid, aktivis sekaligus pengacara yang menangani hak asasi manusia di Mesir.

Eid melanjutkan, ''Kita punya presiden yang tidak mendengar, oposisi yang makin menguat dan kemarahan anak-anak muda yang tidak terkontrol,” ujarnya.

Sibuk mengurusi berbagai urusan politik, perkembangan ekonomi Mesir justru kian tak terurus. Termasuk bahasan terkait pengurangan subsidi bahan bakar minyak serta kebijakan finansial lainnya.

Dalam sesi wawawancara bersama Amr el-Leithi, Mursi yang naik jabatan pada Juni lalu sama sekali tidak memaparkan rencana penataan perekonomian serta keamanan di tengah kondisi penegakan hukum yang labil di Mesir.

Dia hanya mengandalkan kesolidan kelompok-kelompok pendukungnya bisa mengatasi segala masalah di sekelilingnya.

"Saya tidak akan mengizinkan siapapun menghambat revolusi. Hanya saja rakyat Mesir harus yakin saya tidak tidur dan mengawasi setiap orang yang resisten pada revolusi. Karena saya sangat, sangat, sangat mencintai Mesir. Saya mempertaruhkan hidup dan perasaan saya buat rakyat Mesir,” ujar Mursi emosional.

Ketika ditanya terkait penyerangan terhadap kota Port Said dua minggu lalu, Mursi hanya berkomentar jika kekerasan itu terjadi karena para pemrotes dibayar pihak-pihak yang ingin mengacau.

Lantaran Mursi pernah mendapatkan informasi ada ibu dari seorang remaja 13 tahun diberi imbalan kurang dari 100 dollar AS. Kemudian si ibu menyuruh anaknya ikut demonstrasi sembari melempar bom molotov. “Saya tidak membolehkan pihak luar mengambil keuntungan dari kekurangan rakyat Mesir,” tegas Mursi.

 

Sedangkan untuk mempersatukan kelompok oposisi sekuler dan liberal,  Mursi meminta mereka ikut dalam forum dialog nasional. Sekaligus memperbincangkan integritas parlemen jelang pemilu nanti.

Nyatanya sebagian besar pihak oposisi menolak rencana itu. “Pembicaraan yang sia-sia,” nilai pengamat demokrasi Mesir George Ishaq di ONTV.

Penganalisa politik Mesir Ammar Ali Hassan melihat sikap Mursi tak jauh beda dengan pendahulunya Hosni Mubarak yang memperlakukan oposisi harus menerima semua idenya.

“Memperlihatkan arogansinya di hadapan lawan politiknya. Sangat meragukan apakah Mursi mempercayai cara damai untuk memperkuat kekuasaannya,” ujarnya.

n

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement