REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS---Suriah dan sekutunya Rusia mengecam langkah Amerika Serikat yang akan memberi bantuan langsung non-senjata kepada gerilyawan Suriah dengan mengatakan bahwa bantuan tersebut dapat memperparah perang saudara yang sudah berlangsung selama dua tahun dan menewaskan lebih dari 70.000 orang.
Sebelumnya, Washington berjanji akan memberikan bantuan langsung kepada pemberontak Suriah dalam bentuk makanan dan bantuan kesehatan serta 60 juta dolar AS.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa keputusan Amerika Serikat tersebut akan menjadi bumerang dan mendorong "kelompok ekstrimis untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan."
Namun di sisi lain, tokoh kelompok oposisi Suriah Burhan Ghalioun mengatakan kepada AFP bahwa kebijakan Amerika Serikat untuk tidak memberikan senjata kepada gerilyawan adalah penyebab "munculnya ekstrimis" di kalangan pemberontak.
Burhan berharap Washington segera menyadari "kebijakannya yang salah."
Kelompok oposisi dan gerilyawan telah berulangkali meminta kepada negara-negara kuat untuk memberikan senjata. Namun negara Barat khawatir senjata tersebut akan jatuh ke tangan ekstrimis Islam yang juga ambil bagian dalam perlawanan terhadap rezim Bashar al Assad.
Berkaitan dengan permintaan kelompok oposisi itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan bahwa sudah waktunya bagi oposisi memikirkan "program politik yang terartikulasi dengan baik untuk membuat mereka mampu bernegosiasi dengan pemerintah Suriah."