Senin 04 Mar 2013 07:28 WIB

Bashar Bilang, Kepergiannya Takkan Setop Pertempuran di Suriah

Bashar Al Assad
Foto: REUTERS
Bashar Al Assad

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menegaskan kepergiannya takkan menghentikan pertempuran di Suriah, dan menambahkan "tak masuk akal" jika orang menyatakan konflik di negeri itu adalah mengenai presiden dan masa depannya.

Bashar mengeluarkan pernyataannya selama wawancara dengan Sunday Times, Inggris, yang disiarkan Ahad (3/3). Selama wawancara tersebut, ia menggambarkan dirinya sebagai orang Suriah yang patriotik yang berpendapat ia tak bisa hidup di luar negerinya.

"Tak satu pun orang yang patriotik akan berfikir tentang hidup di luar negerinya. Saya seperti orang Suriah lain yang patriotik," kata Bashar ketika ditanya apakah ia mau pergi untuk meningkatkan prospek bagi perdamaian.

Ia menegaskan tak masuk akal untuk menyatakan bahwa konflik itu adalah mengenai presiden dan masa depannya. Ia mengatakan, "Jelas ini tak masuk akal, dan preseden baru-baru ini di Libya, Yaman serta Mesir memperlihatkan bukti ini."

Pemimpin yang menghadapi perlawanan tersebut mengeluarkan pernyataan itu saat sebagian negara adidaya telah menyampaikan kembali seruan mereka agar ia meletakkan jabatan, demikian laporan Xinhua.

Pekan sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang baru diangkat, mengatakan ia sedang merancang usul diplomatik untuk membujuk Bashar agar meletakkan jabatan.

Kerry tidak merinci tawaran yang mungkin disampaikannya atau alasan kepada Bashar, tapi mengisyaratkan kunjungan mendatangnya ialah Turki, Qatar dan Arab Saudi --tempat ia ingin berbicara dengan sekutu AS mengenai cara "untuk membuat Bashar mundur".

Namun, selama wawancaranya baru-baru ini, Bashar menuduh Kerry buang-buang waktu karena berusaha melihat dia meletakkan jabatan. Presiden Suriah itu menyatakan kepemimpinannya adalah urusan dalam negeri.

"Setiap masalah Suriah takkan dibicarakan dengan orang asing mana pun. Kami hanya membahasnya dengan orang Suriah di dalam Suriah, jadi saya takkan membahasnya dengan siapa pun juga yang datang dari luar negeri," Bashar menegaskan.

Bashar menjelaskan bahwa "ia memiliki teman, kami mendengarkan saran mereka tapi pada akhirnya, keputusan kami lah sebagai orang Suriah yang menetapkan apa yang baik buat negara kami".

Sementara itu, Bashar mengecam sikap pemerintah Inggris belum lama ini mengenai Suriah, terutama setelah pernyataan baru-baru ini mengenai keinginan Inggris untuk mempersenjatai gerilyawan. Bashar mencap Pemerintah London sebagai naif, kebingungan, tidak realistis, sebab telah berusaha mengakhiri embargo senjata Uni Eropa sehingga gerilyawan dapat dipasok dengan senjata.

Ia menyatakan tindakan semacam itu dapat membuat konflik di lapangan jadi makin parah. Ditambahkannya, "Masalah dengan pemerintah ini ialah retorika cetek dan tidak matang mereka hanya menyoroti tradisi ancaman dan hegemoni ini ... ."

Mengenai oposisi, Bashar menyampaikan nada yang bersifat rujuk dan menyampaikan kembali undangannya kepada semua partai oposisi untuk menghadiri dialog nasional, kata Sunday Times.

sumber : Antara/ Xinhua-OANA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement