REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Sebanyak 1.200 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di sekitar kawasan konflik aparat keamanan Malaysia dengan kelompok bersenjata Kesultanan Sulu Filipina saat ini masih berada di penampungan dan belum diizinkan bekerja.
Para WNI/TKI tersebut masih berada di tempat pengungsian atau penampungan, sedang masalah keamanannya tetap menjadi tanggung jawab aparat keamanan dan Pemerintah Malaysia, kata Konsulat Jenderal RI di Kota Kinabalu Sabah,Soepeno Sahid di Kota Kinabalu, Senin.
Ia menegaskan bahwa TKI yang diungsikan tersebut saat berada di dua lokasi yakni 200 orang ditampung di Dewan Pejabat Ambara Budi Lahad Datu dan 1.000 orang lagi tetap berada di camp-camp kerja mereka di sekitar Desa Tanduau dan Tanjung Batu Lahad Datu yang menjadi kawasan penyisiran aparat keamanan Malaysia terhadap kelompok pemberontak tersebut.
Soepeno menambahkan bahwa mengenai kondisi para TKI itu saat ini tetap dalam pengawalan aparat keamanan Malaysia dibantu oleh pihak Manager Regional Felda Sahabat.
"Jadi mengenai keamanan para TKI kita tetap dalam kondisi aman terkendali karena tetap dalam pengawalan aparat keamanan setempat dan managemen perusahaan Felda Sahabat," ungkapnya.
Kemudian, soal kondisi TKI di Semporna dan Kunak yang sempat juga menjadi lokasi tembak-menembak antara aparat keamanan Malaysia dengan kelompok bersenjata Kesultanan Sulu Filipina Selatan itu, dia mengatakan sudah tidak ada masalah lagi dan suasana di wilayah itu telah kondusif dan para TKI sudah mulai bekerja sebagaimana mestinya.
Terkait dengan kepastian TKI dapat bekerja kembali, Soepeno mengungkapkan belum mendapatkan informasi dari pihak keamanan dan managemen Felda Sahabat berhubung kondisi keamanan belum kondusif benar.
"Kita masih menunggu arahan dari pihak keamanan Malaysia kapan para TKI itu bisa bekerja kembali," katanya.