Senin 25 Mar 2013 06:45 WIB

Alhamdulillah, Muslim Hidup Damai di Liberia (1)

Muslim Liberia tengah melakukan shalat Idul Fitri (ilustrasi).
Foto: lovehabibi.com
Muslim Liberia tengah melakukan shalat Idul Fitri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

 Liberia, sebuah negara di subsahara Afrika ini memiliki beragam etnis yang hidup damai berdampingan. Meski perang saudara pernah melanda, negara pesisir barat Benua Afrika tersebut mampu berdiri dan berbenah menjadi negara modern.

Umat Islam pun menjadi bagian dari negara kaya budaya yang tak pernah mendapat sentuhan Eropa tersebut.

Jumlah muslimin memang minoritas, namun Islam tumbuh subur di negara Republik Liberia. Secara kuantitas, jumlah penganut Islam peringkat ketiga setelah agama tradisional dan kristen. Berdasarkan kajian PEW, jumlah muslimin Liberia sekitar 483 ribu atau sekitar 12,2 persen dari total populasi. Namun menurut International Religious Freedom Report USA, jumlah muslimin mencapai 20 persen dari total penduduk 3,5 juta jiwa.

Islam di Liberia pun amat beragam, tak hanya dianut oleh Islam Sunni, namun juga Syiah. Etnis Liberia yang banyak memeluk agama Islam berasal dari etnis Vai, Mandingo, Gbandi, Kpelle dan etnis lain.

"Muslim Population" mencatat, keragaman Islam di Liberia amat tergantung dari wilayah tempat tinggal. Sebagaimana di Indonesia, warga pedesaan cenderung menerapkan Islam konservatif. Adapun di kawasan perkotaan modern, muslim cenderung sekuler. Islam di Liberia pun dipengaruhi negara-negara tetangganya seperti Mali, Senegal, Gambia, dan lain sebagainya.

Dengan jumlah yang tak sedikit, muslim Liberia dapat beraktivitas ibadah dengan bebas tanpa hambatan. Tak hanya masjid yang mereka miliki, namun fasilitas lain juga mereka peroleh seperti adanya sekolah dan universitas Islam.

Tak sedikit muslim Liberia yang pergi ke tanah suci setiap tahunnya untuk ibada haji. Pasalnya, banyak bantuan dari negara-negara Islam untuk mereka menunaikan rukun Islam kelima. Dalam merayakan hari raya pun, pemerintah setempat memberikan hari libur nasional. Dalam tayangan nasional pun, siaran Islam mendapatkan hak program acara.

Khusus untuk hari raya, muslim Liberia memiliki keunikan sendiri. Hari al-Tabaski demikian sebutan untuk perayaan hari besar Islam baik Idul Fitri, Ramadhan, dan Idul Adha. Uniknya, selama bulan Ramadhan, muslimin Liberia enggan mendengarkan musik. Menurut anggapan mereka, mendengarkan musik di bulan suci merupakan kegiatan yang menyimpang dari ruh keberkahan bulan Ramadhan.

Maka setiap bulan Ramadhan tiba, mereka beralih ke lagu religi seperti nasyid dengan puji-pujian kepada Allah. Alat musik yang dimainkan pun terbuat dari kayu, yang dimainkan sebagai penanda awal masuk bulan puasa.

Adapun masjid di Liberia, terbilang tak sedikit jumlahnya. Masjid-masjid indah tersebar di beberapa penjuru Liberia. Arsitektur khas Liberia berpadu dengan gaya Arab membuat masjid-masjid begitu mempesona. Sayangnya beberapa masjid mengalami kerusakan saat perang saudara menghantui negara kaya tradisi tersebut. Namun perbaikan pun digalakkan pasca perang usai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement