REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peran Pakistan dinilai agak meredup di kancah industri keuangan syariah global dalam beberapa tahun terakhir. Meski perbankan dan keuangan syariah Pakistan tumbuh fenomenal, namun tetap masih tertinggal oleh sejumlah negara lainnnya. Deposito syariah Pakistan mencapai 9,7 persen dengan total aset perbankan syariahnya sebesar 8,5 miliar dolar AS. Angka ini hanya sebagian kecil dari total aset global keuangan syariah yang mencapai 1,631 triliun Dollar AS.
Ekonom dari Cambridge University, Humayon Dar mengatakan, Pakistan pernah dianggap sebagai kekuatan keuangan syariah. "Kini Pakistan berada di belakang sejumlah negara lain yang telah mengeluarkan lebih banyak energinya dalam mengembangkan sektor keuangan syariah," ujar Dar dalam The Express Tribune, Senin (25/3).
Perusahaan konsultan berbasis di London, Edbiz Consulting, baru-baru ini merilis 10 ranking Indeks Keuangan Syariah Negara atau Islamic Finance Country Index (IFCI). Iran menjadi nomor satu pasar perbankan dan keuangan syariah, terutama karena seluruh perbankan dan keuangan Iran beroperasi di bawah hukum syariah. Meski pun hal ini tidak bisa dijadikan satu-satunya alasan. Sudan berdiri di peringkat sembilan. Sementara Pakistan, negara ketiga yang mengadopsi kebijakan Islamisasi perbankan dan keuangan sejak 1980-an hanya berdiri satu ranking di atas Sudan, yakni posisi delapan.
Malaysia konsisten muncul di peringkat dua sejak penciptaan indeks pada 2011. "Malaysia senantiasa berkomitmen mengembangkan perbankan dan keuangan syariah sebagai alat ekonomi strategis," katanya. Tahun ini Malaysia memberlakukan undang-undang baru komprehensif yaitu Islamic Financial Services Act 2013.
Pemerintah Pakistan telah memberikan proyek perbankan syariah kepada bank sentral, State Bank of Pakistan (SBP) untuk membantu perbankan dan keuangan syariah tumbuh. Di antaranya melalui pengeluaran pedoman melakukan bisnis, mengatur serta mengawasi lembaga yang menawarkan jasa perbankan syariah.
Ikuti Whatsapp Channel Republika